BAB
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Mengkaji tentang suatu agama, tentu bisa dilakukan dalam
berbagai sudut pandang. Oleh karenanya pembahasan tentang agama akan begitu
sangat kompleks. Bahkan pembahasannya semakin rumit jika merelasikan agama
dengan berbagai fenomena kehidupan manusia.
Salah satu sudut pandang yang dapat digunakan untuk
mengkaji agama adalah dengan Psikologi, yang dalam hal ini disebut dengan
Psikologi Agama. Sebagai ilmu pengetahuan empiris, Psikologi Agama mencari
data-datanya di bidang pengalaman, dan dalam menerangkan data-data itu
Psikologi tidak akan menunjuk kepada sebab-musabab yang melampaui pengalaman.
Dengan kata lain, Psikologi tidak mau menunjuk kepada Tuhan atau kepada wahyu
Tuhan dalam menerangkan gejala-gejala religius yang dipelajarinya.[1]
Diketahui ada banyak bentuk pengalaman beragama, dan
penjelasan pengalaman beragama dapat dihubungkan dengan berbagai hal, salah
satunya dengan moral. Hubungan antara moral dan pengalaman beragama sangatlah
berkaitan, biasanya orang-orang yang mengetahui dan mengerti agama sekaligus
rajin dalam melaksanakan ajaran agama dalam hidupnya, memiliki moral yang
tinggi. Sebaliknya orang yang moralnya rendah, biasanya keyakinan terhadap
agama kurang atau tidak ada sama sekali.[2]
Selain aspek moral yang tertuang dalam ajaran agama,
perlu diketahui dalam suatu agama terdapat juga bentuk institusional atau
kelembagaannya. Salah satu alasan mengapa harus ada kelembagaan dalam suatu
agama, menurut kami adalah sebagai bentuk tempat untuk keberlangsungan hidup
suatu agama sekaligus akan mencerminkan dari tujuan dari agama itu sendiri .
Setiap kelembagaan suatu agama, pastilah memiliki
ciri dan karakter tersendiri. Juga dalam suatu agama pokok memiliki kelompok
cabang yang memiliki model tampilan tersendiri, misalnya agama Islam dengan
Sunni dan Syiah, selain itu juga dalam Islam terdapat berbagai tipe seperti
Fundamentalis, Moderat dan sebagainya.
Pada zaman sekarang ini, tentunya semakin beraneka
ragam bentuk model dan tipe dari kelompok-kelompok Islam. Di Indonesia sendiri,
sebagai kawasan muslim terbesar di dunia terdapat banyak kelompok Islam,
misalnya NU dan Muhammadiyah. Selain itu juga terdapat kelompok Islam seperti
HTI, IM, LDII, FPI dan sebagainya. Mencermati kelompok yang terakhir ini yakni
FPI, sangat menarik bagi kami untuk
menelitinya.
Dalam hal ini, sepak terjang kelompok FPI ini patut
dicermati, bagaimana kelompok ini yang dari awal berdirinya gencar mengkritik
kinerja dan kebijakan aparatur pemerintah. Masih dalam ingatan kita terdapat
“aksi bela Islam” yang diikuti banyak umat Islam pada bulan November dan
Desember 2016 yang perlu mendapat perhatian, di mana FPI ini menjadi motor
penggerak aksi tersebut. Namun disamping itu semua, yang terpenting di dalam
pemilihan kelompok ini untuk mengetahui bagaimana orientasi, sikap dan perilaku
keagaamaan dari organisasi FPI, yang terkenal radikal dan kontroversial.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah dalam makalah ini, kami menuliskan rumusan masalah
sebagai berikut:
1# Seperti apa orientasi, sikap dan perilaku beragama kelompok FPI?
BAB
PEMBAHASAN
A. Landasan
Teori
Dalam The Varieties of Religious Experience,
karya William James,diketahui James membedakan para penganut agama antara
mereka yang menjadikan agama merupakan kebiasaan yang membosankan, dan mereka
yang menjadikan agama merupakan sumber semangat. Kelompok pertama memiliki ciri
dingin, menyerah-pasrah tanpa emosi, tak bersemangat, plegmatis. Kelompok kedua
penuh gairah, terlibat, bersemangat tinggi, dan meluap dengan vitalitas. James
membedakan dua sikap keagamaan yang berlawanan.
Sikap-sikap tersebut dibagi dalam
jiwa sehat (healthy mindedness)
dan sikap yang lainnya, jiwa yang sakit
(sick soul). Sikap jiwa yang sehat
adalah positif, optimistis, bahagia, spontan. jiwa yang sakit dihinggapi oleh
rasa penyesalan, penyalahan diri, murung, tertekan.[3]
Pembedaan
yang dibuat oleh james menciptakan kecenderungan (trend) dalam menafsirkan
agama mengatasi bentuk-bentuk institusional atau kelembagaannya. Dalam
penafsiran ini dibedakan dua kelompok penganut agama.Kelomok pertama adalah
para penganut agama yang menghayati agama secara formal dan berdasarkan
kebiasaan. Kelompok kedua adalah para penganut agama yang memandang agama,
tepatnya iman, sebagai keterlibatan yang
disadari. Pembedaan itu dibuat berdasarkan penemuan bahwa orang-orang yang
menganut agama yang sama dan menjalankan praktik agama yang sama, dapat secara
mendasar berbeda dalam cara bagaimana agama membawa dampak dalam hidup mereka.[4]
Sebagaimana penelitian
Paloutzian(1996:15) mengklasifikasikan pengikut agama berdasarkan
dimensi-dimensi ideologis (kepercayaan), intelektual (pengetahuan),
konsekuensial (akibat agama). Dari hal
itu penganut agama dapat dibagi pada empat golongan berdasarkan hubungan antara
kepercayaan dan pengetahuannya:[5]
1.
Iman
pengetahuan: ada iman dan ada pengetahuan. Misalnya ia membela kepercayaannya
mati-matian dan mengetahui ajaran agamanya secara mendalam.
2.
Iman
Buta: ada iman, tidak ada pengetahuan. Ia mempercayai agamanya secara membuta,
mungkin hanya mengikuti orang-orang disekitarnya.
3.
Penolakan
dan berpengetahuan: tidak ada iman, ada pengetahuan. Misalnya, ia tahu banyak
tentang ajaran mazhabnya. Dalam proses pencarian kebenaran ia menolak untuk
percaya lagi pada ajaran dahulu yang diyakininya.
4.
Penolakan
buta: tidak ada iman, tidak ada pengetahuan. Misalnya ia menolak suatu madzhab
atau agama karena tidak tahu apa pun tentang madzhab ataupun agama itu.
Dalam
penelitian ahli di California tahun 1950, menyimpulkan bahwa hubungan antara
agama dan prasangka (prejudice) penerimaan atau penolakan agama tidak
sedemikian penting bagaimana agama itu diterima atau ditolak. Orang-orang yang
berpransangka rupa-rupanya memanfaatkan ide-ide atau gagasan-gagasan keagamaan
untuk mendapatkan keuntungan langsung atau untuk membantu dalam memanipulasi
orang lain.[6]
Agama Intrinsik - Agama Ekstrinsik. Gordon Allport memberi
perhatian yang besar dan luas terhadap masalah dan hubungan antara agama dan
prasangka. dia menyimpulkan bahwa adanya saling berhubungan antara dua gejala
yaitu agama dan prasangka, dipengaruhi oleh intensitas keterlibatan pribadi
dalam menghayati agama. studi Allport
menemukan suatu paradoks yang menarik, di suatu pihak orang beragama agaknya
lebih berprasangka dari yang tidak atau kurang, di pihak lain kebanyakan orang
berjuang demi kemanusiaan amat termotivasi keyakinan agama mereka. Dalam
analisisnya menyimpulkan bahwa sumber paradoks itu ada dalam pembendaharaan
sikap keagamaan penganut agama. orang yang berprasangka adalah orang yang dalam
penghayatannya berorientasi ekstrinsik, sedang sedangkan yang tidak
berprasangka berorientasi intrinsik.[7]
Yang
dimaksudkan oleh Allport dengan agama ekstrinsik adalah agama yang mendukung
dan membenarkan kepentingan pribadi. Agama bukan motif utama dalam hidup, hanya
sekedar berperan sebagai alat. Dalam hal ini, agama dijadikan budak
kepentingan, keinginan, kebutuhan yang sama sekali tidak berkaitan dengan nilai
yang ada dalam agama dan iman sendiri, misalnya menjadi kepentingan sosial,
politik, ekonomi dan budaya. Para penganut agama ektrinsik bukan menjunjung
tinggi agama , tetapi memanfaatkan untuk mendukung dan membenarkan gaya hidup
dan perilaku mereka. Dengan demikian
agama memiliki kekuatannya sendiri dan dalam ukuran tertentu memberikan arah
dalam hidup. Sementara penganut agama ektrinsik memanfaatkan agama, penganut
agama intrinsik menghayati agama mereka. Penganut agama intrinsik meletakan
kepentingan pribadi di bawah nilai yang ada dalam agama mereka.[8]
Diketahui bahwa orientasi keagamaan
yang dipahami sebagai pemaknaan seseorang terhadap agamanya, dalam konteks
hubungan antar umat beragama dapat mendorong seseorang yang beragama dalam dua
kecenderungan; menjadi pribadi yang damai dan bersahabat atau menjadi pribadi
yang menyimpan prasangka (prejudice) dan rasa permusuhan. Orientasi keagamaan
ini selanjutnya dapat mengarahkan individu pada dua sikap pula, yang pertama
sikap inklusif, moderat, dan respek terhadap keyakinan yang berbeda, sedangkan
yang kedua adalah sikap eksklusif dan keras atau radikal. Demikian pula halnya
kedua sikap tersebut pada gilirannya dapat mempengaruhi cara individu tersebut
berperilaku dalam kehidupan sehari-hari, termasuk ketika berinteraksi dengan
orang lain, baik yang seagama maupun berbeda agama.[9]
B. Sejarah
Berdirinya Front Pembela Islam di Indonesia
Organisasi FPI untuk pertama kalinya dicetuskan di
Petamburan – Jakarta dan dideklarasikan secara terbuka di Pondok Pesantren
Al-Umm – Ciputat – Tangerang pada tanggal 17 Agustus 1998 , untuk jangka waktu
yang tidak ditentukan lamanya. Pusat Organisasi ini berkedudukan di Jakarta.[10]
FPI kala itu
dideklarasikan pada 17 Agustus 1998 oleh sejumlah Habib, Ulama, Mubaligh dan
Aktivis Muslim dan disaksikan ratusan santri yang berasal dari daerah
Jabodetabek. Pendirian organisasi ini ternyata hanya empat bulan setelah
Presiden Soeharto mundur dari jabatannya, karena pada saat masa pemerintahan
orde baru presiden diketahui tidak mentoleransi tindakan ekstrimis dalam bentuk
apapun, seperti kegiatan ataupun organisasi. Karena itu, diketahui FPI berdiri
dengan tujuan untuk menegakkan hukum Islam di negara Pancasila ini. Latar
belakang pendirian FPI sebagaimana diklaim oleh organisasi tersebut antara lain[11] :
- Adanya penderitaan panjang umat Islam di Indonesia karena lemahnya kontrol sosial penguasa sipil maupun militer akibat banyaknya pelanggaran HAM yang dilakukan oleh oknum penguasa.
- Adanya kemungkaran dan kemaksiatan yang semakin merajalela di seluruh sektor kehidupan.
- Adanya kewajiban untuk menjaga dan mempertahankan harkat dan martabat Islam serta umat Islam.
FPI didirikan sebagai
respon terhadap kondisi sosial politik Indonesia Yang tidak berpihak kepada
kepentingan umat islam, menurut Habib Rizieq, pendiri yang sekaligus ketua umum
FPI, berdirinya merupakan upaya untuk menegagkan amar ma’aruf nahi mungkar
(memerintahkan kebaikan dan mencegah keemungkaran), menurutnya banyak
kawan-kawan aktivis Islam yang menentang kemaksiatan, dan minuman keras, tetapi
mereka tidak bisa melakukan tindakan, sementara kemaksiatan tetap menjamur. Hal
ini dikarenakan potensi umat islam tidak dimanfaatkan dan untuk itu perlu
penggalangan kekuatan dan dukungan dari seluruh umat Islam agar semua masalah
itu dapat diatasi.[12]
Sebagai organisasi
yang secara terang-terangan mengusung nama agama tentulah FPI tidak akan
terlepas dari wacana keagamaan. Dalam tradisi Islam, seseorang ataupun
organisasi selalu mengidentifikasikan diri dengan suatu mazhab tertentu yang
secara umum FPI menganut mazhab Syafi’i, sementara pedoman organisasi FPI
sebagaimana yang termaktub dalam AD/ART Pasal 6, disebutkan bahwa beriman
kepada Allah swt. Adalah tujuan tertinggi kami, Nabi Muhammad saw. adalah
tujuan tertinggi kami, Al-Qur’an adalah pedoman tertinggi kami, jihad adalah
jalan hidup kami yang harus ditempuh, dan syahid adalah cita-cita kami.[13]
C. Visi
dan Misi Organisasi FPI
Adapun visi dan misi
organisasi FPI, seperti dituliskan dalam website FPI, organisasi ini visi
misinya adalah penerapan Syariat Islam secara Kaffah di bawah naungan Khilafah
Islamiyyah menurut Manhaj Nubuwwah, melalui pelaksanaan Da’wah, penegakan
Hisbah dan Pengamalan Jihad.[14]
FPI berpandangan
bahwa penegakan amar ma’ruf nahi mungkar adalah salah-satunya solusi untuk
menjauhkan kezholiman dan kemungkaran. FPI berkeinginan untuk menegakkan amar
ma’ruf nahi mungkar secara kaffah (sempurna) di semua kehidupan manusia, dengan
tujuan menciptakan umat sholihat yang hidup dalam baldahthoyyibah (negeri yang
baik) dengan limpahan keberkahan dan keridhoan Allah SWT. Misi FPI amar ma’ruf
nahi mungkar untuk penerapan syariat Islam secara kaffah, asas perjuangan FPI
adalah organisasi amar ma’ruf nahi mungkar. Dimana berdasarkan Islam,
beraqidahkan Ahlus Sunnah wal Jama’ah (berpegang teguh pada Al-Qur’an dan
As-Sunnah). Sementara pedoman perjuangan FPI yaitu 1) Allah SWT adalah Tuhan kami
dan Di lah tujuan kami; 2) Muhammad Rasulullah SAW adalah teladan kami; 3)
Al-Qur’an Karim adalah Imam kami (sumber segala sumber hukum Islam); 4)
Al-Jihad adalah jalan kami (jihad tenaga, jihad lisan, jihad hati, jihad
ibadah, jihad ilmu, jihad harta, jihad nafkah, dan sebagainya); 5) As-Syahadah
(mati syahid) adalah cita-cita kami. Semboyan FPI ialah “Hidup Mulia atau Mati
Syahid”, motto FPI ialah “Haq (kebenaran) yang tidak memiliki sistem yang
(terorganisasi dengan) baik dapat dikalahkan oleh Bathil (kejahatan) yang
tersistem”.[15]
D. Aksi
Bela Islam
FPI menjadi sangat terkenal karena aksi-aksinya yang
kontroversial sejak tahun 1998, terutama yang dilakukan oleh laskar
para-militernya yakni Laskar Pembela Islam. Rangkaian aksi penutupan klub
malam, tempat pelacuran dan tempat-tempat yang diklaim sebagai tempat maksiat,
demonstrasi yang berujung anarkis adalah wajah FPI yang paling sering
diperlihatkan dalam media massa. Walaupun disamping aksi-aksi tersebut FPI juga
melibatkan diri dalam aksi-aksi kemanusiaan antara lain pengiriman relawan ke
daerah bencana seperti tsunami di Aceh,
gempa di Padang dan juga saat terjadi konflik di Gaza, Palestina.
Mencermati hal itu, ada aksi bela
Islam yang terjadi pada bulan Oktober, November dan Desember 2016 yang cukup
fenomenal, dimana FPI sebagai organisasi penggerak utamanya. Aksi pertama
diadakan pada tanggal 14 Oktober 2016, aksi kedua pada tanggal 4 November 2016
dan aksi ketiga pada tanggal 2 Desember 2016. Aksi bela Islam ini juga ada yang
menyebutnya dengan aksi bela Qur’an, dan dalam aksi tersebut dikawal dalam
bentuk GNPF-MUI (Gerakan Nasional Pengawal Fatwa-Majelis Ulama Indonesia).
Latar belakang aksi ini diduga akibat adanya
penistaan agama yang dilakukan Ahok selaku Gubernur DKI Jakarta saat berdialog
dengan warga kepulauan Seribu di Jakarta pada tanggal 27 September 2016. Dimana
saat itu dia mengutip kata surat dalam kitab suci umat Islam yaitu Alqur’an,
Al-Maidah ayat 51 saat berbincang dengan warga terkait program pemberdayaan
pembudidaya Ikan Kerapu. Pada waktu itu, telah mulai mamasuki masa kampanye
pemilihan kepala daerah (pilkada) DKI Jakarta pada 2017.
Dari pernyataan tersebut yang
mulai viral di media massa waktu itu, Ahok selaku Gubernur DKI Jakarta
tersebut, dilaporkan banyak pihak ke kepolisisan atas tuduhan penistaan agama.
Mulai dari Advokat Cinta Tanah Air (ACTA), Pemuda Muhammadiyah, Hizbut Tahrir,
FPI (Front Pembela Islam), DDII (Dewan Dakwah Islamiah Indonesia), Forum Anti
Penistaan Agama (FUPA), hingga Majelis Ulama Indonesia (MUI) turut melaporkan
gubernur DKI Jakarta tersebut.[16]
Selain pelaporan ke kepolisan,
unjuk rasa kepada pemerintah pun tidak dapat dihindarkan, dalam hal ini kepada
kepolisisan untuk segera memproses hukum dugaan penistaan agama. Maka dari itu
terdapat demo yang dilakukan massa pada 14 Oktober 2016, dan semakin meluas
menjadi aksi demo besar-besaran di bawah kawalan GNPF-MUI, yang diketuai Dewan
pembina GNPF-MUI Habib Rizieq, yang juga sebagai pimpinan organisasi FPI.
Diketahui ratusan ribu bahkan diklaim mencapai jutaan umat Islam dari berbagai
penjuru tanah air melakukan aksi unjuk
rasa besar-besaran pada Jumat, 4 November 2016. Unjuk rasa kali ini dikenal
dengan istilah Aksi Bela Islam II, atau juga dikenal dengan aksi 411.
Setelah Aksi Bela Islam II,
akhirnya kepolisian pada 16 November 2016 menetapakan Ahok sebagai tersangka
setelah melakuan proses gelar perkara. Sebagaiamana diungkapakan Kabareskrim
Polri Komjen Pol Ari Dono Sukamto di Mabes Polri, Jakarta, pada tanggal
tersebut. [17]Namun
demikian, ternyata masih terdapat Aksi Bela Islam III atau 212 yang lebih besar terjadi pada
tanggal 02 Desember 2016 yang maksud dan tujuannya dipertanyakan.
Sementara ketua Dewan pembina
GNPF-MUI Habib Rizieq Shihab mengatakan tujuan demo tetap sama yaitu meminta
agar Ahok ditahan. Seperti hal ucapannya pada 23 November 2016 “Tujuannya tetap
sama, tahan Ahok”. Aksi bela Islam I tujuannya “tahan Ahok”, aksi bela Islam
kedua tujuannya “tahan Ahok”, dan aksi bela Islam ketiga Tujuannya “tahan
Ahok”.[18]
E. Analisis dan Implikasi Orientasi, Sikap dan Perilaku keagamaan Organisasi
FPI
Penegakan Amar Ma’ruf Nahi Munkar Adalah Perangkat
Gerakan Yang Digunakan FPI Dalam Mewujudkan Nilai-nilai Syariah di Indonesia.
Diterapkannya syariat Islam di Indonesia, baik secara substansial maupun
formalistis, merupakan visi yang ingin dicapai FPI. Dari berbagai alternatif
cara untuk mewujudkan visi tersebut, maka strategi yang dipilih FPI adalah
melalui penegakan amar ma’ruf nahi munkar, yaitu upaya-upaya sistematis untuk
mengajak umat Islam agar menjalankan perintah agamanya secara komprehensif, dan
mencegah umat Islam agar tidak terjerumus pada kegiatan-kegiatan yang merusak
moral dan akidah Islamnya.[19]
Orientasi
keagamaan Organisasi FPI, dalam wilayah masyarakat yang multikultural sebagaimana
dalam masyarakat perkotaan Jakarta seringkali ditemukan konflik antara berbagai
orientasi tindakan dari satu kepada yang lain. Tindakan yang dilakukan oleh
para pemilik usaha hiburan malam, diskotik dan pihak FPI, misalnya, mempunyai
pandangan orientasi yang sangat berbeda. Dalam orientasi yang dilakukan oleh
pihak pengusaha hiburan malam orientasi yang dilakukan adalah dengan melakukan
usaha untuk memaksimalkan laba dari usaha mereka (ekonomi), sedangkan orientasi
yang dilakukan oleh FPI adalah penegakan nilai-nilai keagamaan di tengah
masyarakat (agama).
Dalam permasalahan aksi bela
Islam, terlihat Organisasi FPI ini walaupun juga menempuh jalur hukum, namun
tetap menjadi semacam kelompok garis depan dan keras, dengan
demonstrasi yang mana mendorong berbagai unsur aparatur negara agar berperan
aktif melakukan kebijakan sesuai moral dan tegas dalam penegakan hukum.
Bagaiamana FPI bersikeras dengan aksi-aksinya dalam menuntut proses hukum kasus
penistaan agama yang terjadi. Bahkan dalam aksi bela Islam tersebut, FPI mampu
memobilisasi massa Islam dari berbagai kelompok Islam dan lainnya dalam bingkai
GNPF-MUI. Massa Islam dari berbagai daerah Indonesia berangkat ke Jakarta untuk
Aksi Bela Islam tersebut.
Berdasarkan
permasalahan di atas, organisasi FPI terutama peserta aksi bela Islam jika
dalam pembagian kelompok beragama yang dilakukan Willian James, antara jiwa sehat (healthy mindedness)
dan , jiwa yang sakit (sick soul).
Pengikut aksi ini memiliki kecenderungan
penuh gairah, terlibat, bersemangat tinggi, dan meluap dengan vitalitas dimana
terlihat dalam pengamalan dan prinsip
Amar Ma’ruf Nahi Mungkar yang terlihat saat dilakukan demonstrasi (aksi bela
Islam) oleh FPI. Ciri lain optimistis, bahagia dan spontan , dari kasus Aksi bela Islam yang
dilakukan, terlihat FPI dan pengikut aksi ini dengan lantang dan percaya diri
(optimis) menyatakan penista agama harus dihukum, selain itu terlihat FPI
bersifat reaksioner (spontan) terhadap
adanya kemungkaran (penistaan), dan terlihat dalam aksi bela Islam ,banyak
pengikut aksi bela Islam ini mengaku menangis terharu (bahagia) saat melakukan
aksi ini, ditambah setelah ditetapkannya penetapan tersangka kasus penistaan
agama.
Sebagaimana pernyataan dosen di UIN Sunan Kalijaga yang menyatakan bahwa “ia mengaku mengikuti aksi
bela Islam pada 11 November 2016, saat ikut aksi tersebut ia mengaku menangis…,
ia menyebut hal tersebut mungkin sebagai pengalaman spiritual,… dan ia sedikit
menyesal tidak dapat mengikuti aksi pada 2 Desember 2016 namun ia tetap
mengikuti perkembangan aksi pada 2 Desember tersebut melalui media…”[20]
Selain pernyataan personal dari pengikut aksi tersebut, pihak FPI sendiri dalam
situs resminya menyatakan kemenangan aksi 212 sebagai anugerah Allah SWT.[21]
Dari hal tersebut terlihat bagi FPI, perasaan kemenangan tersebut akan
mencerminkan kebahagiaan bagi umat Islam, terutama yang mengikuti aksi
tersebut.
Lebih lanjut, Pembedaan yang
dibuat oleh James menciptakan kecenderungan (trend) dalam menafsirkan agama sebagai bentuk-bentuk institusional atau
kelembagaannya. Dalam penafsiran ini dibedakan dua kelompok penganut
agama.Kelompok pertama adalah para penganut agama yang menghayati agama secara
formal dan berdasarkan kebiasaan. Kelompok kedua adalah para penganut agama
yang memandang agama, tepatnya iman, sebagai
keterlibatan yang disadari.
Dalam pandangan kami, organisasi
FPI termasuk dalam kategori kelompok penganut agama yang memandang agama, tepatnya
iman sebagai keterlibatan yang disadari. Hal ini kami kategorikan berdasarkan
bagaimana latar belakang organisasi ini dibentuk karena kesadaran bahwa ada
kemungkaran (maksiat) yang terjadi di masyarakat, oleh karenanya prinsip Amar
Ma’ruf Nahi Mungkar menjadi landasan utama dari organisasi FPI.
Sebagaimana Habib Rizieq Shihab,
sebagai pimpinan FPI, menyatakan bahwa FPI merupakan gerakan lugas dan tanpa
kompromi sebagai cermin dari ketegaran prinsip dan sikap. Menurut Rizieq
kekerasan yang dilakukan FPI dikarenakan kemandulan dalam sistem penegakan
hukum dan ia berkata bahwa FPI akan mundur bila hukum sudah ditegakkan. Ia
menolak anggapan bahwa beberapa pihak menyatakan FPI anarkis dan kekerasan yang
dilakukannya merupakan cermin kebengisan hati dan kekasaran sikap.[22]
Berdasarkan pembagian kelompok
penganut agama menurut klasifikasi Palaoutzian, telah dibedakan penganut agama
dalam empat golongan yakni iman pengetahuan, iman buta, penolakan
berpengetahuan dan penolakan buta. Kami mengklasifikasikan FPI termasuk dalam
golongan iman pengetahuan dan juga iman buta. Kami menyimpulkan ada sebagian
pengikut FPI termasuk dalam golongan iman pengetahuan, sebagaiamana mereka
membela mati-matian terhadap agama berdasarkan pemahaman mereka, tapi juga
terdapat pengikut FPI yang tergolong dalam iman buta, sebagaiamana
penjelasannya mereka mengikuti agama secara membuta berdasarkan apa yang telah
diperintahkan pemimpin mereka. Terlihat bagaimana sosok Habib Rizieq adalah
sosok yang patut diikuti dan ditaati bagi pengikut FPI, sebagaimana orasi Habib
Rizieq yang mampu mampu mengerahkan masa Islam untuk demonstrasi ataupun boikot
terhadap instansi tertentu, seperti kasus Aksi bela Islam I,II, dan III ataupun
boikot Sari Roti yang terjadi pada bulan desember 2016.
Namun, dalam permasalahan agama
Intrinsik dan agama Ekstrinsik terutama pada permasalahan Aksi Bela Islam yang
dilakukan, organisasi FPI akan cenderung dalam kategori agama ekrinsik saat
permasalahannya mengarah ke politik, karena jelas tujuan aksi ini harusnya
bukan agenda politik. Terlepas dari
bagaimana prinsip dan misi yang diusung FPI, permasalahan ini akan
memperlihatkan FPI teramasuk ektrinsik saat dimana aksi ini dibarengi motif
tujuan (orientasi) atau agenda politik. Walaupun memang dalam membahas agama
ektrinsik dan agama intrinsik, setidaknya akan ada dua kepentingan yang
berbeda, yakni kepentingan pribadi atau kepentingan nilai yang ada dalam agama.
Saat kepentingan pribadi di atas kepentingan nilai agama saat itulah disebut
agama ekstrinsik, begitupun sebaliknya saat kepentingan pribadi di bawah
kepentingan nilai agama maka disebut agama intrinsik.
Dalam aksi bela Islam yang dilakukan
terlihat aksi ini disusupi orientasi politik sebagaimana setelah aksi bela
Islam II (411) pada 4 November 2016, intelijen Polri dan TNI telah mendeteksi
bahwa aksi unjuk rasa besar-besaran lanjutan (“aksi bela Islam III”) yang
diselenggarakan oleh Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia
(GNPF-MUI) pada 25 November 2016 (2511) dan atau 2 Desember 2016 (212) telah
disusupi dengan agenda terselubung untuk melakukan aksi makar terhadap
pemerintah Republik Indonesia. [23]
bahkan sebelumnya dalam aksi 4 November 2016 diikuti politukus bernama Fahri
Hamzah, yang pada saat itu berstatus sebagai wakil ketua DPR RI, ikut berorasi,
yang mana dalam orasinya diduga berisi penghasutan, yakni memberitahukan cara
menjatuhkan Presiden Joko Widodo, lalu menuding presiden telah melanggar hukum
berkali-kali.[24] Dari
hal tersebut menjadi semakin terbukti adanya orientasi politik dalam aksi bela
Islam yang dilakukan, ditambah dengan pemberitaan di media massa ditangkapnya
orang-orang yang diduga akan melakukan makar dengan memanfaatkan aksi bela
Islam, menjelang aksi bela Islam III (212) pada dini hari tanggal 2 Desember
2016 oleh pihak kepolisian.[25]
Orientasi politik FPI dalam aksi bela Islam semakin lebih
jelas, dimana di dalam situs web resmi FPI, dimuat sebuah artikel yang
menyatakan “Ingat…Ingat…!!! Partai pendukung Ahok haram dipilih di seluruh NKRI
karena mendukung penista agama”.[26]
Terlihat bagaimana organisasi ini terlibat dalam kampanye terselubung menjelang
pilkada Jakarta tahun 2017, yang mana Ahok saat itu ikut mencalonkan menjadi
gubernur dalam pilkada Jakarta.
Selain itu, mencermati sikap
keagamaan yang dilakukan FPI, kami menyimpulkan bahwa sikap dari organisasi ini
termasuk bersikap prasangka (prejudice).
Diketahui saat-saat sebelum aksi bela
Islam II ataupun aksi bela Islam III di media sosial terjadi banyak ajakan,isu,
provokasi ataupun hasutan untuk mengikuti ataupun menolak aksi bela Islam yang
dilakukan. Sebagai contoh, dalam akun twitter Habib Rizieq dari FPI menganjurkan
perusahaan, kantor dan sekolah untuk diliburkan agar pegawai dan pelajar ikut aksi
tersebut. Dan juga dalam situs resmi FPI yang menyuarakan untuk aksi bela Islam
dalam bentuk brosur artikel yang berisi “Gerakan Nasional Pengawal Fatwa MUI ,
Seruan Jihad Konstitusional Bela Agama&Negara , Ikutilah !!! Aksi Bela
Islam II “Ayo Penjarakan Ahok !!!” Karena Menista Agama-Menodai
Al-Qur’an-Melecehkan Ulama-Menghina Umat Islam , Ini Bukan Aksi SARA &
politik Pilkada- tapi ini Aksi Penegakan Hukum , waktu: Jum’at 4 November 2016
Shalat Jum’at di Istiqlal , Long march : Dari masjid Istiqlal ke Istana
Presiden RI , catatan….. Waspadai Penggembosan Aksi Hati-Hati Provokasi”[27]
Selain
itu pula, sikap prasangka FPI semakin jelas dengan menyuarakan aksi boikot
terhadap instansi ataupun pihak yang diduga merugikan pihak FPI. Seperti boikot
terhadap Metro TV yang diduga sebagai media yang memutarbalikan fakta, ataupun
aksi boikot terhadap perusahaan Sari Roti yang dituding sebagai pendukung
penista agama. Sebagaimana dalam media massa terdapat pernyataan GNPF-MUI yang menyerukan
kepada seluruh umat Islam di Indonesia untuk melakukan “boikot Sari Roti”.[28]
Dan
yang terakhir, dalam perilaku keagamaan FPI ini, terutama terkait aksi bela
Islam, walaupun diketahui aksi bela Islam berjalan damai tanpa keributan
berarti, tapi berdasarkan orientasi dan sikap yang kami tunjukkan maka FPI
cenderung berprilaku reaksioner dan keras, sebagaimana mereka mengerahkan massa
untuk berdemonstrasi menekan pihak kepolisian tanggap dalam menagani kasus
penistaan agama, dan juga mereka (FPI)
menghujat terhadap pihak media yang diduga menggembosi aksi bela Islam
seperti MetroTv dan memboikot pihak yang diduga mendukung atau membela penistaan
agama seperti aksi boikot terhadap perusahaan Sari Roti.
BAB
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan FPI
di atas, untuk menjawab rumusan masalah yang telah dituliskan dapat disimpulkan
bahwa orientasi, sikap dan perilaku keagamaan FPI, terutama dalam permasalahan aksi bela Islam yang dilakukan, aksi bela
Islam ini disusupi orientasi politik oleh pihak-pihak tertentu, mereka bersikap
menyimpan prasangka (prejudice), sekaligus
berprilaku keras dan reaksioner dalam mengatasi permasalahan beragama.
Padahal, diketahui tujuan berdirinya Organisasi FPI sendiri diketahui awalnya Organisasi ini dibentuk dengan tujuan
menjadi wadah kerja sama antara ulama dan umat dalam menegakkan Amar Ma'ruf
dan Nahi Munkar . Tapi sekarang jadi alat dan instrumen politik dalam dakwahnya.
B. Kritik
saran
Dalam tulisan makalah ini,
tentunya masih tidak luput dari kekurangan, karenanya kami sangat
menerima atas saran dan kritikan, terutama saran dan kritikan yang membangun
guna menjadikan tulisan lebih baik kedepannya.
Daftar
Pustaka
Dister ,Nico Syukur. 1982. Pengalaman dan Motivasi Beragama: pengantar
Psikologi Agama. Jakarta: Leppenas.
Daradjat, Zakiyah. 2005. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: PT Bulan
Bintang.
Rahman, Noer. 2013. Pengantar Psikologi Agama. Yogyakarta:
Teras.
Rakhmat, Jalaluddin. 2003. Psikologi
Agama Sebuah Pengantar. Bandung : PT Mizan Pustaka.
Hardjana, A.M. 1993. Dialog Psikologi dan Agama. Yogyakarta:
Kanisius.
Pambudi, Kukuh. 2011. Interaksi Sosial Front Pembela Islam Dengan
Kelompok Keagamaan Lain di Kecamatan Rewulu, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
Skripsi. Yogyakarta Fakultas Ushuluddin Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga.
Setiawan. 2009. Orientasi Tindakan dalam Gerakan Nahi Munkar
FPI Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Ushuluddin Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga.
Aryani, Sekar Ayu. 2015. Sikap dan Perilaku Keagamaan
Orientasi, Sikap Dan Perilaku Keagamaan (Studi Kasus Mahasiswa Salah Satu
Perguruan tinggi Negeri Di DIY), Jurnal Religi Vol. XI No. 1 . Yogyakarta:
Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.
Sejarah
Singkat FPI. 13
Desember 2016. http://www.fpi.or.id/sejarah-singkat.html .
Kusuma,
Dodiana. Strategi Dakwah Front Pembela
Islam (FPI) dalam Menaggulangi Dampak Negatif Globalisasi. Skripsi. http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21466/1/DODIANA%20KUSUMA-FDK.pdf
Fpionline. FPI:
VISI & MISI. 14 Desember 2016. https://www.scribd.com/doc/3923781/FPI-VISI-MISI
.
Fpionline.
FRONT
PEMBELA ISLAM (FPI) Merupakan Pressure Group Bagi Para Pengelola Negara
AgarBerinisiatif Menerapkan Nilai-nilai Islam Dalam Kehidupan Sosial dan
Bernegara. 15
Desember 2016. https://www.scribd.com/document/3923332/FRONT-PEMBELA-ISLAM-FPI-Merupakan-Pressure-Group-Bagi-Para-Pengelola-Negara-Agar-Berinisiatif-Menerapkan-Nilai-nilai-Islam-Dalam-Kehidupan-Sosial-da
.
Salim ,Hanz Jimenez. Kronologi Ahok ditetapkan sebagai Tersangka.
14 Desember 2016. www.liputan6.com/read/2653477/kronologi-ahok-ditetapkan-sebagai-tersangka
.
Dedy Priatmojo,dkk. Ahok ‘main-main’ dengan Kitab Suci. 14
Desember 2016. www.news.viva.co.id/news/read/831864-ahok-main-main-dengan-kitab-suci
.
Apa
Tujuan Aksi 212? Ini Kata Habib Rizieq. 14 Desember 2016. www.makassartoday.com/2016/11/24/apa-tujuan-aksi-212-ini-kata-habib-rizieq/
.
H.T., Daniel. Ada Agenda Makar, Polri Larang Demo 2511 dan
212. 28 Desember 2016. www.kompasiana.com/danielht/ada-agenda-makar-polri-larang-dem0-2511-dan-212_5832e44faf7e61a5048b4573
.
Sohuturon,Martahan.
Fahri Hamzah dilaporkan ke Polisi terkait
orasi di demo #411 . pada 28 Desember 2016.
www.cnnindonesia.com/nasional/20161111194623-12-172126/fahri-hamzah-dilaporkan-ke-polisi-terkait-orasi-di-demo-411/
.
Haram Pilih Partai Pendukung Ahok. pada
28 Desember 2016. www.fpi.or.id/2016/haram-pilih-partai-pendukung-ahok.html?m=0
.
GNPF MUI Serukan Umat Islam untuk Boikot
Sari Roti, Bagaimana Nasib Pedagang Kecil? . pada 28 Desember 2016. www.liputanberita.net/2016/12/gnpf-mui-serukan-umat-islam-untuk.html?m=1
.
[1]
Nico Syukur Dister, Pengalaman dan
Motivasi Beragama: pengantar Psikologi Agama, (Jakarta: Leppenas, 1982),
hlm. 12
[2]
Zakiyah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama,
(Jakarta: PT Bulan Bintang, 2005), hlm. 4.
[3]
A.M Hardjana, Dialog Psikologi dan Agama,
(Yogyakarta: Kanisius, 1993), hlm. 26
[4]
A.M Hardjana, Dialog Psikologi dan Agama,
hlm. 27
[5]
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Agama
Sebuah Pengantar, (Bandung : PT Mizan Pustaka, 2003), hlm. 48-49
[6]
A.M Hardjana, Dialog Psikologi dan Agama,
hlm. 27-28
[7]
A.M Hardjana, Dialog Psikologi dan Agama,
hlm. 28
[9] Sekar Ayu Aryani, Sikap dan Perilaku Keagamaan Orientasi,
Sikap Dan Perilaku Keagamaan (Studi Kasus Mahasiswa Salah Satu Perguruan tinggi
Negeri Di DIY), Jurnal Religi Vol. XI No. 1, (Yogyakarta: UIN sunan Kalijaga, 2015), hlm.
59
[10] Sejarah Singkat FPI, diakses dari http://www.fpi.or.id/sejarah-singkat.html
, pada 13 Desember 2016, Jam 16:20 wib
[11]Dodiana
Kusuma, skripsi, Strategi Dakwah Front
Pembela Islam (FPI) dalam Menaggulangi Dampak Negatif Globalisasi, dikases
dari http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21466/1/DODIANA%20KUSUMA-FDK.pdf
, pada 14 Desember 2016 , Jam 10:21 wib
[12]
Kukuh, Pambudi. Interaksi sosial front pembela islam dengan kelompok keagamaan
lain di kecamatan rewulu, sleman, yogyakarta. hal. 37
[13]
Kukuh, Pambudi. Interaksi sosial front pembela islam dengan kelompok keagamaan
lain di kecamatan rewulu, sleman, yogyakarta. hal. 39
[14] Visi Misi, diakses dari http://www.fpi.or.id/p/visi-misi.html
,pada 14 Desember 2016, Jam 12:12 wib
[15] Fpionline,
FPI: VISI & MISI, diakses dari https://www.scribd.com/doc/3923781/FPI-VISI-MISI
,pada 14 Desember 2016 13:15 wib
[16]
Dedy Priatmojo,dkk, Ahok ‘main-main’
dengan Kitab Suci, diakses dari www.news.viva.co.id/news/read/831864-ahok-main-main-dengan-kitab-suci
,pada 14 Desember 2016, Jam 09:40 wib
[17]
Hanz Jimenez Salim, Kronologi Ahok
ditetapkan sebagai Tersangka, www.liputan6.com/read/2653477/kronologi-ahok-ditetapkan-sebagai-tersangka
, pada 14 Desember 2016, Jam 05:21 wib
[18] Apa Tujuan Aksi 212? Ini Kata Habib Rizieq,diakses
dari
www.makassartoday.com/2016/11/24/apa-tujuan-aksi-212-ini-kata-habib-rizieq/ ,
pada 14 Desember 2016, Jam 11.08 wib
[19] Dodiana
Kusuma, skripsi, Strategi Dakwah Front
Pembela Islam (FPI) dalam Menaggulangi Dampak Negatif Globalisasi, dikases
dari http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21466/1/DODIANA%20KUSUMA-FDK.pdf
, pada 14 Desember 2016 , Jam 10:21 wib
[20]
Pernyataan dosen saat menjelaskan materi Kebersamaan dalam beragama, pada 08 Desember 2016, jam 10.40-12.20
wib
[21]
Kemenangan Aksi 212 Sebagai Anugerah Allah SWT, diakses dari
www.fpi.or.id/2016/kemenangan-aksi-212-sebagai-anugerah.html?m=1 , pada
[22]Fpionline, FRONT PEMBELA
ISLAM (FPI) Merupakan Pressure Group Bagi Para Pengelola Negara
AgarBerinisiatif Menerapkan Nilai-nilai Islam Dalam Kehidupan Sosial dan
Bernegara, Dikutip dari https://www.scribd.com/document/3923332/FRONT-PEMBELA-ISLAM-FPI-Merupakan-Pressure-Group-Bagi-Para-Pengelola-Negara-Agar-Berinisiatif-Menerapkan-Nilai-nilai-Islam-Dalam-Kehidupan-Sosial-da
, pada 15 Desember 2016 , jam 05:15 wib
[23]
Daniel H.T., Ada Agenda Makar, Polri
Larang Demo 2511 dan 212, diakses dari www.kompasiana.com/danielht/ada-agenda-makar-polri-larang-dem0-2511-dan-212_5832e44faf7e61a5048b4573
,diakses 28 Desember 2016 , jam 11.48 wib
[24]
Martahan Sohuturon, Fahri Hamzah
dilaporkan ke Polisi terkait orasi di demo #411 , www.cnnindonesia.com/nasional/20161111194623-12-172126/fahri-hamzah-dilaporkan-ke-polisi-terkait-orasi-di-demo-411/
, pada 28 Desember 2016, jam 12.12 wib
[25]
Kapolri: Penangkapan Terduga Pelaku Makar sudah di-setting sebelum aksi 212,
diakses dari
www.okezone.com/read/2016/12/05/337/1558969/kapolri-penangkapan-terduga-pelaku-makar-sudah-di-setting-sebelum-aksi-212
, pada 29 Desember 2016, jam 00.12 wib
[26] Haram Pilih Partai Pendukung Ahok,
diakses dari www.fpi.or.id/2016/haram-pilih-partai-pendukung-ahok.html?m=0
,pada 28 Desember 2016 ,jam16.40 wib
[27]Diakses
dari www.fpi.or.id/2016/10/ikutilah-aksi-bela-islam-ii-ayo.html?m=0
,pada 15 Desember 2016
[28] GNPF MUI Serukan Umat Islam untuk Boikot
Sari Roti, Bagaimana Nasib Pedagang Kecil? , diakses dari www.liputanberita.net/2016/12/gnpf-mui-serukan-umat-islam-untuk.html?m=1
,pada 28 Desember 2016 ,jam 12.45 wib
Tidak ada komentar:
Posting Komentar