MUHAMMAD DAN KEBANGKITAN ISLAM
Oleh:
Muhammad Habibul Musthofa (15520003)
Jurusan Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin Studi Agama dan Pemikiran Islam
2015
PENDAHULUAN
Latar belakang
Latar belakang di buatnya makalah
ini adalah untuk mengetahui gambaran tentang kebangkitan Islam yang dibawa Nabi
Muhammad. Melihat kebangkitan Islam dengan sudut pandang sosok Nabi Muhammad,
sebagai sosok yang sentral dalam kebangkitan Islam. Dengan adanya sosok beliau
yang mengajarkan Islam penuh dengan perjuangan serta lika-liku yang dihadapi
demi tegaknya Islam kala itu.
Mengambil hikmah dari sosok Nabi Muhammad.
Sosok Nabi yang memperjuangkan Islam demi kebangkitan Islam. Memperjuangkan
ajaran Tauhid di tengah-tengah masyarakat yang keras, masyrakat yang menyembah
berhala serta bebagai agama lainnya. Mengambil keterkaitan Islam masa kini
dengan Islam di zaman Nabi. Guna mewujudkan kebangkitan islam pada masa kini
yang sepertinya mengalami kemunduran.
Rumusan Masalah
Dalam
makalah ini, penulis meberikan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa maksud Kebangkitan islam pada masa
Nabi Muhammad ?
2. Apa yang dilakukan Nabi Muhammad untuk
mewujudkan kebangkitan islam?
PEMBAHASAN
Arab sebelum Nabi
Muhammad
Sejarah bangsa
arab sebelum datangnya islam tidak apat diketahui dengan tepat. Hal ini
disebabkan dua hal :
1.
Mereka
tidak memiliki kesatuan politik, dikarenakan sebagian penduduknya merupakan
kelompok-kelompok yang suka berpindah-pindah. Ini menjadikan kehidupan mereka
penuh dengan kekerasan dan pertentangan memperebutkan daerah-daerah yang subur.
2.
Budaya
tulis menulis belum mereka kenal, sehingga kebanyakan masih buta aksara. Hal
ini mengakibatkan tidak adanya penulisan sejarah pada masa itu. Sebelumnya
budaya dan tradisi mereka hanya diksahkan secara lisan, sebelum akhir
pemerintahan bani Umayah (132 H atau 750 M).[1]
Diketahui sebagian
Bangsa Arab dulu adalah bangsa penyembah berhala, namun ada juga yang telah
menganut agama kristen seperti suku Taghlib, Quda’a, dan Ghassan. Ada juga
Agama Yahudi yang dianut orang-orang Yahudi. Selain itu, ada juga yang menganut
kepercayaan lain seperti menyembah
bintang-bintang dan kepercayaan
zoroaster yaitu kepercayaan menyembah api. Sejak zaman nabi Ibrahim pun dulu sudah banyak
yang menyembah berhala. Karena itu, Nabi Ibrahim membawa ajaran menyembah tuhan
yang satu atau ajaran Tauhid. Namun sebelum masa nabi Muhammad ajaran Tauhid
nabi Ibrahim belum berkembang di seluruh
bangsa Arab yang mayoritas penyembah behala.
Bangsa arab
sebelum masuknya islam juga dikenal memiliki moral yang rendah, mereka memiliki
kebiasaan seperti meminum arak, perjudian, pelacuran, perbudakan, pencurian dan
perampokan, hingga pertengkaran dan perkelahian. Sejatinya di jazirah Arab dulu
sudah memiliki kebudayaan yang cukup bekembang. Adanya kisah kebesaran dan
kemegahan bangsa Saba’ di zaman nabi Sulaiman,
kerajaan Yaman, hingga kerajaan Ghassaniyah di negeri Syam dan lebih
lama lagi seperti kisah-kisah peradaban Mesopotamia. Itu semua menunjukan dulu bangsa arab sudah
memiliki peradaban yang maju. Namun, mungkin karena bencana atau musibah
peradaban itu hilang dan membawa bangsa arab mengalami kemunduran dan kerusakan
moral.
Datangnya Nabi Muhammad
A. Muhammad sebelum kenabian
Nabi Muhammad
dilahirkan pada 12 Rabiul Awal tahun tahun gajah atau bertepatan tanggal 20
April 569 M. Di kampung Bani Hasyim di
kota Mekah. Ayahnya Abdullah meninggal
sebelum ia lahir. Sesuai tradisi orang Quraisy yang terkemuka Muhammad disusukan dan diasuh ke wanita Badui
yang bernama Halimah. Muhammad tumbuh dewasa ditengah masyarakat Badui supaya
bisa berbahasa arab yang asli dan fasih. Dibawah asuhan Halimah ia diajarkan untuk menggembala. Kebiasaan
menggembala inilah yang melatih pribadi beliau. Menjadikan beliau penuh
kebaikan, kesabaran, kesederhanaan, hingga kepemimpinan. Ketika usia empat tahun nabi Muhammad kembali
diasuh Ibunya Siti Aminah,namun di usia
enam tahun ia ditinggal ibunya saat sedang pulang dari berziarah ke makam
ayahnya di Madinah. Setelah itu ia diasuh kakeknya Abdul Muthalib selama dua
tahun, karena setelah itu kakeknya meninggal. Sepeninggalan ayah, ibu, dan
kakeknya Nabi Muhammad lalu diasuh oleh pamannya yang bernama Abu Thalib.
Dalam asuhan dan perlindungan
pamannya, beliau memiliki banyak
pengalaman. Beliau diajak berdagang ke negeri Syam dan Yaman pada usia sekitar
dua belas tahun. Dimana dalam berdagang di negeri Syam mereka bertemu pendeta
Nasrani bernama Bakhira. Pendeta itu mengetahui bahwa Muhammad adalah calon
nabi dan rasul, yang tanda-tanda kenabian sesuai dengan kitab Injil pendeta
itu. Pendeta itu berpesan kepada Abu Thalib untuk menjaga Muhammad dan
segera menyelesaikan urusan berdagang di
negeri Syam. Di lain waktu saat berusia
sekitar lima belas tahun, beliau pernah ikut pergi ke medan perang al-Fijar,
yaitu peperangan yang terjadi antara keluarga keturunan Kinanah dan keluarga
Quraisy di satu pihak, dan keluarga keturunan Qais di lain pihak. Beliau
sendiri ikut ke medan perang al-Fijar karena diajak dan ditarik oleh para
pamannya yang ikut berperang dan menjadi tampuk pimpinan perang seperti Zubair
bin Abdul Muthalib dan saudara-saudaranya, Abu Thalib, Hamzah,dan Abbas yang
mengepalai barisan golongan Banu Hasyim. Di usia dua lima tahun, Muhammad
menikah dengan Khadijah, seorang janda yang kaya. Khadijah adalah seorang
saudagar yang terkenal, Khadijah mau menikah dengan Muhammad karena mengenal
Muhammad yang penuh kejujuran saat bekerja medagangkan barang-barang milik
Khadijah. Setelah menikah, Muhammad menetap di rumah
Khadijah. Walau sudah hidup dengan kemewahan dalam kesehariannya beliau tetap
hidup sederhana. Beliau sangat memperhatikan dan menolong orang-orang lemah,
fakir miskin, dan orang-orang sengsara. Bahkan di usia sekitar tiga lima tahun,
saat ka’bah rusak karena bencana air
bah, beliau pun ikut membantu memperbaiki ka’bah bersama-sama para orang-orang
Quraisy. Disini menunjukan bahwa sebelum kenabian Muhammad tetap bermasyarakat
dengan orang-orang Quraisy walaupun beliau tidak suka dengan kegitan
penyembahan berhala dan sifat buruk orang-orang Quraisy.
A. Masa Kenabian
Periode Mekah
Pada usia empat
puluh tahun Muhammad mendapat wahyu pertama. Wahyu itu turun di gua Hira saat beliau sedang menyendiri beribadah di
gua itu. Wahyu itu adalah surat Al-Alaq ayat 1-5, saat itu datanglah
malaikat Jibril dan berkata: “bacalah
!”. Muhammad menjawab: “saya tidak bisa membaca”. Malaikat jibril lalu memegangnya dan bekata :
”bacalah!”. Muhammad menjawab : ” saya
tidak bisa membaca”. Sampai malaikat memegangnya ketigakalinya dan berkata
:”bacalah!”. Barulah Muhammad menjawab dengan:
“bacalah dengan
(menyebut) nama tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari
segumpal darah. Bacalah, dan tuhanmulah yang maha mulia. yang mengajar
(manusia) dengan kalam. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya”.[2]
Itulah wahyu
pertama kali turun dan secara resmi Muhammad menjadi Nabi dan Rasul. Setelah itu,
selang beberapa tahun wahyu kedua turun dan
diikuti wahyu yang lain turun secara berangsur-angsur. Selanjutnya
mulailah misi nabi Muhammad meyakinkan penduduk Mekah atas kebenaran ajaran
yang diterimanya yakni ajaran
ketauhidan. Dimulai dari istrinya Khadijah,keponakannya Ali bin Abi Thalib,anak
angkatnya Zaid bin Haritsah, dan
sahabatnya Abu Bakar diajak nabi mengikuti ajarannya. Mereka adalah bagian
orang-orang yang pertama kali masuk islam. Nabi Muhammad mengajak orang-orang
terdekatnya masuk islam, sedikit demi sedikit banyak yang masuk islam. Secara
sembunyi-sembunyi nabi mengajak orang-orang untuk beriman. Di rumah Arqam bin Abi
Arqam salah sahabat nab, rumahnya dijadikan untuk berdakwah nabi. Selama
tiga tahun nabi berdakwah secara sembunyi-sembunyi, hingga sampai turun wahyu
untuk perintah berdakwah secara terang-terangan yakni dalam surah al-Hijr: 94-95. Nabi pun mulai
brdakwah secara terang-terangan. Beliau
mengajak sanak saudara, orang mekah untuk berkumpul di bukit Shafa. Kemudian setelah mereka semua berkumpul di
bukit Shafa, termasuk pamannya Abu Lahab, nabi pun berbicara di depan mereka
semua.
Nabi berkata:
“Bagaimanakah menurut pendapat kamu jika aku memberitakan kepada kamu
bahwasanya ada seekor kuda keluar dari gunung ini, lalu ia berkehendak mengubah
kamu sekalian, adakah kamu membenarkan aku?”.
Sekalian yang hadir
menjawab:” ya, kami percaya, kami tidak pernah mengetahui engkau (Muhammad)
bahwa engkau itu dusta”
Nabi lalu bersabda:
“bahwa sesungguhnya aku ini pemberi peringatan kepada kamu di hadapan siksa
tuhan yang sangat keras...”
Baru sekian
pembicaraan nabi, dengan tiba-tiba Abu lahab berteriak dan berseru: “ celakalah kamu hai Muhammad,
Apakah hanya untuk ini saja kamu kumpulkan kami semua? “[3]
Bersamaan dengan
itu dia mengambil batu hendak melempar ke Nabi, Disana Abu lahab marah-marah
dan membuat dakwah nabi secara terang-terangan terhenti. Ulah Abu Lahab itu
yang lalu menyebabkan turunnya surah al-Lahab.
Semanjak kejadian itu, Abu Lahab selalu menggangu dan membenci dakwah
nabi. Dia bersama istrinya selalu menyebar fitnah kepada Nabi, mengajak
orang-orang Quraisy membenci nabi. Semakin lama Nabi dan para pengikutnya terus
saja mendapat penganiayaan, para
pengikut yang kebanyakan orang lemah dan miskin tak berdaya mendapat siksaan
dari kafir Quraisy.
Karena semakin
seringnya penganiayaan terhadap para pengikut Muhammad, maka beliau
memerintahkan pengikutnya untuk pindah ke Abesinia (Ethiopia), suatu kerajaan
kristen yang terletak dihadapan Laut Merah,mereka diterima oleh kaisar Negus.[4]
Banu Hasyim keluarga
nabi, seperti pamanya Abu Thalib yang melindungi nabi Muhammad pun juga
mengalami pengucilan dan tekanan oleh orang-orang Quraisy. Para sahabat nabi,
seperti Abu Bakar, Usman, dan lainya juga mengalami tekanan dari oranq-orang
Quraisy maupun keluarganya sendiri. Semisal Sahabat Usman bin Affan yang
disiksa keluarganya dan akhirnya diusir dari keluaganya. Namun walaupun
mengalami tekanan bahkan penganiayaan Nabi dan para pengikutnya tetap berjuang
menyebarkan ajaran tauhid. Selain di Mekah sendiri, nabi pun berdakwah di daerah
sekitar Mekah, seperti misi dakwah di Thaif, daerah di tenggara Mekah.
Dan disini
Muhammadpun mendatangi para kepala suku setempat untuk meminta pertolongan.
Tetapi permohonan ini ditolak, dan bahkan beliau mendapatkan perlakuan yang
tidak senonoh.[5]
Begitulah
tahun-tahun dakwah nabi di Mekah, beliau selalu mendapat cemohan dan kekerasan.
Walaupun mendapat cemohaan dan kekerasan beliau tetap berjuang menegakan ajaran
tauhid, dan semakin lama pengikutnya bertambah.
Pada musim
berziarah berziarah dan bulan suci yang melarang tindak kekerasan, Nabi
Muhammad mendapat kesempatan berdakwah dan mengajak orang dari Yasthrib untuk
mengikuti ajarannya. Dan merekapun mengakui kenabian beliau dan mau berpindah
agama dan bersumpah setia kepada nabi. Kejadian ini dikenal dengan Baiat Aqabah
terjadi pada tahun 621 M, tempatnya di Aqobah. Mereka adalah delegasi suku yang
berpengaruh di Yasthrib, yaitu suku Aus dan suku Khazraj.
Delegasi ini
berkata pada Muhammad bahwa masyarakat mereka menerima islam, dan kemudian
mereka menyatakan ikrar: “ kami tidak akan menyembah berhala, kami tidak akan
mencuri dan membiarkan perzinahan serta membunuh anak-anak kami sendiri, tidak
akan mencemoohkan orang lain ataupun melanggar perintah Nabi dalam segala hal
yang baik”.[6]
Semenjak kejadian
itu, nabi memutuskan fokus dakwah di Yasthrib, dan karena Mekah bukan tempat
yang ramah bagi orang muslim. Nabipun memutuskan untuk hijrah, karenanya nabi
memerintahkan para pengikutnya serta orang-orang yang dari Abessinia untuk
pergi ke Yasthrib. Dalam hijrahnya nabi Muhammad mendapat rintangan akan
dibunuh saat hendak hijrah. Saat itu, ada sahabat Abu Bakar dan Ali, kemudian
Ali meperdayai orang Quraisy yang hendak menangkap nabi dengan jalan tidur di
pembaringan Nabi, sementara Nabi dan Abu bakar pergi dan bersembunyi di dalam
sebuah gua di bukit Thaur. Dan akhirnya mereka selamat dari kejaran orang
Quraisy dan tiga hari berselang Nabi dan Abu Bakar tiba di Yasthrib.
Periode Madinah
Setibanya di
Yasthrib Nabi dan para pengikutnya (kaum Muhajirin) disambut meriah oleh
penduduk kota itu (kaum Anshor). Disana Nabi mempersatukan kaum Muhajirin
dengan kaum Anshor, selain itu langkah pertama setibanya di Yasthrib, Nabi
langsung mendirikan Masjid dan langkah lain seperti, menjalin kesepakatan
dengan orang Yahudi guna terciptanya keamanan dan suasana damai di Madinah yang
dikenal dengan piagam Madinah. Semenjak itu Yasthrib berganti nama menjadi
Madinah, dan islampun mengalami kebangkitan.
Nabi Muhammad
meletakan kebijaksanaan luar negeri Arab untuk kepentingan Islam bukan
kepentingan bangsa Arab saja,bahkan untuk kepentingan seluruh dunia. Nabi
berdawah untuk seluruh manusia. Di masa itu sudah ditunjukan islam bukan hanya
untuk bangsa Arab saja, Nabi mengirim utusan-utusan penyebar islam daerah lain
seperti dikrim ke Kaisar Byzantium (Heraclius), raja Abessenia, dan hingga ke
raja Persia. Nabi terus menyebarkan ajaran tauhid, ajaran yang dulu diajarkan
Nabi Ibrahim. Karena ajaran ini memberi gambaran yang luas tentang ajakan Islam
yang bisa diterima semua orang. seperti disebutkan dalam Al-Qur’an:
"Dan tidak
ada yang benci terhadap agama Ibrahim kecuali orang yang memperbodoh dirinya
sendiri dan sungguh kami telah memilihnya di dunia dan sesungguhnya di akhirat
benar-benar termasuk orang-orang yang sholeh”[7]
Tapi tetap saja
orang-orang musyrikin memusuhi orang-orang muslim, mereka tidak mengakui ajaran
Islam, dan untuk menjaga keselamatan
dalam menyebarkan kepercayaan dan mempertahankan, maka turunlah ayat Qur’an:
“ Dan perangilah
musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka itu memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah
bahwasanya Allah bersama orang-orang yang bertqwa”[8]
Ayat inilah salah
satu dasar jihad orang muslimin, dan
kala itu salah satu jalannya dengan perang, karena dulu orang muslim diperangi.
Dan jika orang muslim tidak angkat pedang kala itu, bisa saja islam akan
hancur.
Karena itulah pada
tahun 2 H, terjadilah perang yang tidak dapat dihindari, yakni perang Badr.
Pasukan Rasulullah terdiri tiga ratus orang infantri dan tiga orang pasukan
berkuda, yang miskin persenjataan dan minim perbekalan. Sedand di pihak musuh,
berkekuatan sembilan ratus orang infantri, seratus orang berkuda dan sejumlah
besar perbekalan. [9]
Akan tetapi berkat
kegigihan, serta do’a nabi, maka berkat pertolongan Allah pasukan islam
memenangkan perang ini. Namun, atas kemenangan ini, pasukan muslim harus
menghadapi perang lainnya.
Tahun 3 H,
terjadilah perang Uhud, pasukan musuh menyerang dengan kekuatan lebih besar.
Perang ini berakhir dengan mundurnya pasukan muslim dan terlukanya Nabi, dan
sekitar 70 muslim syahid.
Abu Sofyan pemimpin
pasukan Mekah berseru dari puncak bukit:” Perang Uhud untuk perang Badr,
keadaan kita sekarang sama, dan kita akan bertemu tahun depan”. Akan tetapi,
perang ini bukanlah suatu perang yang menentukan seperti halnya perang Badr.[10]
Dua tahun kemudian, terjadilah perang Khandaq(perang Ahzab), pasukan musuh
berkekuatan 10000 pasukan mengepung kota Madinah. Namun, berkat taktik perang
yang jitu dan atas pertolongan Allah, pasukan islam memenangkan perang ini.
Setahun kemudian,
tahun 6 H, Nabi bersama para pengikutnya hendak ke Mekah. Mereka hendak
melakukan umrah,tapi mereka dihadang dan akhirnya diadakan gencatan senjata
disitulah terjadi perjanjian Hudaibiyah antara orang Islam dan orang Quraisy
Mekah. Pasca perjanjian itu, pasukan islam juga mengalami perang, seperti
perang Khaibar untuk melawan kaum Yahudi yang ingin memerangi muslim dan Perang
Mut’ah melawan pasukan Romawi yang tidak diikuti Nabi secara langsung, di
perang Mut’ah yang tidak seimbang pasukan islam mundur.
Karena pihak
Quraisy melanggar perjanjian Hudaibiyah, terjadilah pendudukan kota mekah. Pada
tahun 8 H, dengan dengan pasukan 10000 muslim menuju Mekah, sehingga umat islam
bisa masuk kota ini dengan kemenangan yang gemilang. Muhammad pergi ke tempat
suci Ka’bah, untuk menyuruh umat islam supaya menghancurkan berhala yang ada
disekelilingnya. Sedang Nabi membacakan sebuah ayat AL-Qur’an:”katakanlah yang
benar telah datang dan yang bathil telah lenyap, sesungguhnya yang bathil itu
adalah sesuatu yang pasti lenyap”.[11]
Pasca penaklukan
kota Mekah, terjadi perang melawan suku Hawazyin di Hunayn, dan suku Thaqif di
Toif. Mereka berusaha menyerang Madinah saat saat pasukan muslim sedang di
Mekah. Pasukan islampun berhasil mengalahkan kedua suku tersebut.
Pada tahun 9 H,
terjadilah perang Tabuk, perang ini lanjutan perang Mut’ah. Nabi mendengar
pasukan Byzantium sudah berkumpul di perbatasan Palestina untuk menyerang Nabi.
Maka beliau menyerukan umat Islam untuk melanjutkan Jihad, ia menuju Syria
melalui Tabuk dimana ia berhenti untuk beberapa hari. Terjadilah perjanjian
perdamaian dengan penduduknya yang hasilnya utusan dari Eyla dan tempat lain
datang untuk memeluk Islam.
Perang Tabuk
merupakan perang terakhir yang dipimpin Nabi Muhammad. Sebagai hasil dari dua
expidisi yaitu diberikannya kedaulatan kepada Nabi oleh bangsa Arab dan
tersebarnya Islam di seluruh Jazirah Arab juga datangnya utusan-utusan dari
beberapa suku di Arab untuk mengakui ajaran kepercayaan baru ini dan bersumpah
setia kepada Nabi.[12]
Tahun 10 H Nabi
muhammad menunaikan ibadah Haji ke Mekah dengan orang-orang islam yang
jumlahnya melebihi 100.000 orang. Nabi Muhammad menyampaikan khutbahnya. Nabi
menekankan persamaan sesama muslim dan menyampaikan ayat Al-Qur’an:
“Pada hari ini
telah Ku-sempurnakan untukmu agamamu dan telah Ku-cukupkan kepada kamu
nikmat-Ku dan telah KU-ridhoi islam iti menjadi agamamu”.[13]
Tiga bulan
kemudian Nabi menderita sakit, di Madinah hari senin, 12 Robiul Awal 11 H atau 8 Juni 632
M Nabi Muhammad wafat pada umur 63 tahun.
KESIMPULAN
1. Kebangkitan
Islam di Masa Nabi Muhammd adalah kebangkitan Islam yang sempurna. Nabi membawa
kembali ajaran Tauhid(Islam) pada masa Nabi sebelumnya, dan ajaran ini
mengalami kejayaan dan berkembang di seluruh Arab dan menyebar ke seluruh
dunia.
2. Dalam mewujudkan
kebangkitan Islam, Nabi terus berjuang(jihad) dalam dakwahnya, walaupun
mengalami banyak rintangan dan cobaan dan harus mengalami banyak peperangan.
DAFTAR
PUSTAKA
Hassan, Ibrahim Hassan.Sejarah Dan Kebudayaan ISLAM.1989. Yogyakarta: Kota Kembang.
Chalil, KH Mmoenawar .Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad.2001.Jakarta:Gema Insani Press.
Azzam,Abd-Al-Rahman. KEABADIAN RISALAH TAUHID.1983.Bandung: PT IQRA.
[1] Hassan Ibrahim Hassan, Sejarah
Dan Kebudayaan ISLAM, Kota Kembang, Yogyakarta,1989,hlm 15.
[2] Q.S. surah Al-Alaq 1-5.
[3] KH Mmoenawar Chalil,Kelengkapan
Tarikh Nabi Muhammad, Gema Insani Press, Jakarta, 2001, hlm. 180.
[4] Abd-Al-Rahman Azzam,KEABADIAN RISALAH TAUHID, PT IQRA,
Bandung,1983, hlm. 13.
[5] Ibid, hlm. 18.
[6] Ibid, hlm 19.
[7] Q.S. Al-Baqarah: 130.
[8] Q.S. At-Taubah: 36.
[9] Abd-Al-Rahman Azzam,KEABADIAN
RISALAH TAUHID, PT IQRA, Bandung,1983, hlm. 21.
[10] Abd-Al-Rahman Azzam,KEABADIAN
RISALAH TAUHID, PT IQRA, Bandung,1983, hlm. 24.
[11] Hassan Ibrahim Hassan, Sejarah
Dan Kebudayaan ISLAM, Kota Kembang, Yogyakarta,1989,hlm 32.
[12] Ibid,hlm. 33.
[13] Q.S. Al-Maidah: 3.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar