Nama : Muhammad Habibul M
NIM : 15520003
Jurusan : Perbandingan Agama
Tugas Mata Kuliah
Akhlaq-Tasawuf
-Sejarah
Perkembangan tasawuf
-Rabi’ah
al-Adawiyah
-Al-Hallaj
-Maqamat dan Ahwal
-Ibnu ‘Araby
-Al-Ghazali
-Jalaluddin Rumi
-Wanita di kalangan
Sufisme
-Kontra antara
Sufisme dengan golongan lain
Sejarah Perkembangan Tasawuf
Dalam buku pengantar ilmu tasawuf karya
Drs. K. Permadi, S.H. telah dijelaskan bahwa hakikat tasawuf adalah mistikisme.
Mistikisme dalam islam diberi nama tasawuf dan oleh kaum orientalis barat
disebut sufisme. Intisari dari
mistikisme, termasuk di dalamnya sufisme atau tasawuf ialah kesadaran akan
adanya komunikasi dan dialog antara roh manusia dengan Tuhan, dengan
mengasingkan diri dan berkotemplasi. Kesadaran berada dekat dengan tuhan itu
dapat mengambil bentuk ittihad, yakni
bersatu dengan tuhan.
Tasawuf merupakan suatu ilmu pengetahuan,
dan sebagai ilmu pengetahuan, tasawuf atau sufisme mempelajari cara dan jalan
bagaimana seorang islam dapat berada sedekat mungkin dengan Allah SWT.
Dijelaskan akidah islamiyah adalah akidah yang dengan jelas memberikan
perbedaan antara dua bagian yang sempurna, yaitu “lahir” dan “batin”. Yang
dimaksud dalam hal ini ialah “syariat” dan “hakikat”. Jadi syariat disebut lahir, sedangkan hakikat
adalah batin. Itu adalah sebutan atau istilah yang ada dikalangan ahli tasawuf.
Menurut ahli tasawuf, tiap-tiap orang mempunyai kecenderungan sendiri-sendiri,
dan tingkatanya pun berbeda-beda. Ada yang difitrahkan berbakat untuk bisa
mengerti makna hakikat, namun ada yang tidak.
Dan
dijelaskan pula bahwa benih-benih tasawuf sudah ada sejak dalam kehidupan Nabi
SAW. Hal ini dapat dilihat dalam perilaku dan peristiwa dala hidup, ibadah, dan
pribadi Nabi SAW.
Rabiah Al Adawiyah
Rabi'ah
dilahirkan di kota Basrah, Irak sekitar abad ke delapan tahun 713 - 717 masehi. Rabi‘ah binti Ismail al-Adawiyah, berasal
dari keluarga miskin. Sejak
kecil Rabi'ah sudah dikenal sebagai anak yang cerdas dan taat beragama.Di kota ini namanya sangat harum sebagai
seorang manusia suci
dan seorang pengkhotbah. Dia sangat dihormati oleh orang-orang saleh semasanya.
Dia adalah seorang sufi wanita yang
dikenal karena kesucian dan dan kecintaannya terhadap Allah. Karena ia dikenal
sebagai seorang sufi wanita yang zuhud, yaitu tidak tertarik kepada kehidupan
duniawi, sehingga ia mengabdikan hidupnya hanya untuk beribadah kepada Allah.
Ia dilahirkan dari keluarga yang sangat miskin dan merupakan anak keempat dari
empat bersaudara, sehingga ia dinamakan Rabiah yang berarti anak keempat.
Semenjak kecil Rabiah telah menjadi
yatim piatu, bersama saudara-saudaranya beliau hidup sederhana. Rabi'ah dan ketiga saudara perempuannya pernah berkelana ke
berbagai daerah untuk bertahan hidup, ketika kota Basrah dilanda berbagai
bencana alam dan kekeringan akibat kemarau panjang. Selain itu, ia pernah
diculik dan dijual dijadikan sebagai budak, sehingga sejak itu ia berpisah
berpisah dari saudara-saudaranya. Sejak menjadi budak beliau selalu bermunajat
kepada Allah dan jika ia bebas dari perbudakan ia berjanji akan selalu
beribadah kepada Allah. Berkat pertolongan Allah beliau pun bebas dari
perbudakan.semenjak itu ia menghabiskan seluruh waktunya beribadah, Rabi'ah
hanya tidur sedikit disiang hari dan menghabiskan sepanjang malam untuk
bermunajat sehingga ia dikenal sebagai penyair dengan syair-syair cintanya yang
indah kepada Allah. Berbeda dari para zahid atau sufi yang mendahului dan
sezaman dengannya, Rabi'ah dalam menjalankan tasawuf itu bukanlah karena dikuasai oleh perasaan takut kepada
Allah atau takut kepada nerakanya. Tujuan Rabi’ah yaitu kepada Tuhan karena
Tuhan, bukan kepada Tuhan karena mengharap.
Dalam hidupnya Rabi'ah memilih untuk tidak
menikah karena ia takut tidak bisa bertindak adil terhadap suami dan
anak-anaknya kelak karena hati dan perhatiannya sudah tercurahkan kepada Allah,
walaupun ia sadar bahwa pernikahan termasuk sunah agama. Sehingga atas dasar
itulah, Rabi'ah memuntuskan untuk tidak menikah hingga akhir hidupnya.
Al- hallaj
Beliau lahir dengan nama Abu
Al-muqis Al-Husain ibnu Mansur Al- baidlawi pada858 M/244 H di Baida, daerah
Fars, Iran. Masa remajanya dihabiskan di kota Tustar, belajar kepada Sahal ibnu
Abdullah At-Tustari, seorang sufi besar di daerah Tustar. Ia juga berguru pada
beberapa guru spiritual seperti, Syekh Abdul Husain al-Nurim, Syekh Junaid
Al-Bagdadi, dan Syekh Amru ibn Usman Al-Makki.
Ketika berguru pada Al-Makki itulah
ia mulai mendapat pemahaman tentang Wahdatul Wujud,dan sejak itu ia banyak
melontarkan ucapan-ucapan yang kontroversial. Padahal beberapa gurunya sudah
berkali-kali melarangnya. Meski dianggap nyleneh, Al-Hallaj juga berdakwah.
Bahkan ia tidak tanggung-tanggung dalam berdakwah , misalnya berdakwah sambil
mengembara, dari Ahwaz, Khurasan, Turkistan, sampai ke India. Dan hebatnya
dimanapun berada ia selalu dielu-elukan
karena ilmu agamanya yang tinggi. Kepiawaiannya inilah yang menjadikannya
mempunyai banyak pengikut yang belakangan disebut kelompok al-Hallajiyah.
Mereka memandang Al-Hallaj sebagai waliyullah yang memiliki kekeramatan.
Dalam beribadah
Al-Hallaj sering mengungkapkan rasa syathahat,
yaitu ungkapan-ungkapan yang terdengar ganjil. Hal itu terjadi ketika ia
tenggelam dalam Fana, suatu tingkatan kerohanian ketika kesadaran tentang
segala sesuatu sirna kecuali hanya kesadaran tentang Allah SWT. Dari sini
muncul ungkapan An al-Haq, yang oleh
Al-Hllaj ditafsirkan bahwa ”aku berada di dalam dzat Allah.” Banyak ahli tasawuf menafsirkan ungkapan itu
sebenarnya tidak dimaksudkan bahwa dirinya tuhan. Hal ini tampak dalam sebuah
pernyataannya “ Aku adalah rahasia yang Maha Benar, bukanlah yang Maha Benar
itu Aku. Aku hanyalah satu dari yang benar. Maka bedakanlah antara aku dan
Dia.” Namun karena ungkapan kontroversial ia dihukum mati karena mempertahankan
pendapat dan ajarannya.
Referensi: SUFI zona.2012.
Al-Hallaj sufi yang disalib dan dibakar (Bagian 1). Diambil dari : www.sufiz.com/jejak-sufi/al-hallaj-sufi-yang-disalib-dan-dibakar-bagian-1.html
(08 November 2015)
Maqamat dan Ahwal
a. Maqamat
Maqamat, bentuk jamak dari maqam
berarti tahapan, tingkatan, atau kedudukan. Jadi, maqamat adalah tahapan rohani
yang ditempuh oleh para pengamal tasawuf untuk mendekatkan diri kepada Allah
SWT.
Ada beberapa tingkatan dalam maqam
yaitu:
- Tobat
Orang yang menempuh jalan sufi
terlebih dahulu harus bertobat dari dosa, yang dilakukan oleh anggota badan,
maupun yang tersembunyi di dalam hati.
- wara’,
Wara’ yaitu meninggalkan segala
sesuatu yang syubhat, yaitu segala sesuatu yang yang diragukan hukumnya, tidak
jelas halal-haramnya, dan meninggalkan segala sesuatu yang tidak berguna.
- Zuhud
Zuhud yaitu mengosongkan hati dari
cinta terhadap dunia dan menjalani hidup untuk beribadah kepada Allah SWT,
serta mengosongkan hati dari selain Allah SWT dan memusatkan hati kepada
cinta-Nya.
- Faqir
Faqir yaitu menjalani hidup dengan
kesadaran bahwa ia hanya membutuhkan Allah SWT.
- Sabar
Sabar yaitu sabar dalam menjalani
perintah, sabar dalam meninggalkan larangan, sabar dalam menghadapi kesulitan,
dan sabar atas ni’mah yang dilimpahkan oleh Allah SWT kepadanya.
- Tawakal
Tawakal yaitu menyerahkan segala
sesuatunya kepada Allah SWT, tidak bergantung kepada selain-Nya, dan tidak pula
kepada amal perbuatannya (nafsunya).
- Rida
Rida yaitu menerima dengan senang
hati segala sesuatu yang ditakdirkan oleh Allah SWT dan menyadari bahwa
ketentuan-Nya lebih baik daripada keinginannya.
b. Ahwal
Ahwal adalah bentuk jamak dari ‘hal’
yang biasanya diartikan sebagai keadaan mental (mental states) yang dialami
oleh para sufi di sela-sela perjalanan spiritualnya. “ahwal” sering diperoleh
secara spontan sebagai hadiah dari Tuhan. Lebih lanjut kaum sufi mengatakan
bahwa hal adalah anugerah dan maqam adalah perolehan. Tidak ada maqam yang
tidak dimasuki hal dan tidak ada hal yang terpisah dari maqam.
hal juga terdiri dari beberapa
macam. Namun, konsep pembagian atau formulasi serta jumlah hal berbeda-beda
dikalangan ahli sufi. Diantara macam-macam hal yaitu :
•Muraqabah
Secara etimologi muraqabah berarti
menjaga atau mengamati tujuan. Adapun secara terminologi muraqabah adalah salah
satu sikap mental yang mengandung pengertian adanya kesadaran diri bahwa ia
selalu berhadapan dengan Allah dan merasa diri diawasi oleh penciptanya.
• Khauf
Al-khauf adalah suatu sikap mental
merasa takut kepada Allah karena kurang sempurna pengabdiannya atau rasa takut
dan khawatir jangan sampai Allah merasa tidak senang kepadanya.
• Raja’
raja’ adalah sikap optimis dalam
memperoleh karunia dan nikmat Allah SWT yang disediakan bagi hambaNya yang
saleh dan dalam dirinya timbul rasa optimis yang besar untuk melakukan berbagai
amal terpuji dan menjauhi perbuatan yang buruk dan keji.
• Syauq
Syauq bermakna lepasnya jiwa dan
bergeloranya cinta. Para ahli sufi menyatakan bahwa syauq merupakan bagian dari
mahabbah. Sehingga pengertian syauq dalam tasawuf adalah suasana kejiwaan yang
menyertai mahabbah. Rasa rindu ini memancar dari kalbu karena gelora cinta yang
murni. Untuk menimbulkan rasa rindu kepada Allah maka seorang salik terlebih
dahulu harus memiliki pengetahuan dan pengenalan terhadap Allah. Jika pengetahuan
dan pengenalan terhadap Allah telah mendalam, maka hal tersebut akan
menimbulkan rasa senang dan gairah. Rasa senang akan menimbulkan cinta dan akan
tumbuh rasa rindu, rasa rindu untuk selalu bertemu dan bersama Allah.
• Mahabbah
Cinta (mahabbah) adalah pijakan atau
dasar bagi kemuliaan hal. Seperti halnya taubat yang menjadi dasar bagi
kemuliaan maqam.Al-Junaid menyebut mahabbah sebagai suatu kecenderungan hati.
Artinya, hati seseorang cenderung kepada Allah dan kepada segala sesuatu yang
datang dariNya tanpa usaha. Tokoh utama paham mahabbah adalah Rabi’ah
al-Adawiyah (95 H-185 H). Menurutnya, cinta kepada Allah merupakan cetusan dari
perasaan cinta dan rindu yang mendalam kepada Allah.
• Tuma’ninah
Secara bahasa tuma’ninah berarti
tenang dan tentram. Tidak ada rasa was-was atau khawatir, tak ada yang dapat
mengganggu perasaan dan pikiran karena ia telah mencapai tingkat kebersihan
jiwa yang paling tinggi.
• Musyahadah
Dalam perspektif tasawuf musyahadah
berarti melihat Tuhan dengan mata hati, tanpa keraguan sedikitpun, bagaikan
melihat dengan mata kepala. Hal ini berarti dalam dunia tasawuf seorang sufi
dalam keadaan tertentu akan dapat melihat Tuhan dengan mata hatinya. Musyahadah
dapat dikatakan merupakan tujuan akhir dari tasawuf, yakni menemukan puncak
pengalaman rohani kedekatan hamba dengan Allah.
• Yaqin
Al-yaqin berarti perpaduan antara
pengetahuan yang luas serta mendalam dan rasa cinta serta rindu yang mendalam
pula sehingga tertanamlah dalam jiwanya perjumpaan secara langsung dengan
Tuhannya. Dalam pandangan al-Junaid yaqin adalah tetapnya ilmu di dalam hati,
ia tidak berbalik, tidak berpindah dan tidak berubah. Menurut al-Sarraj yaqin
adalah fondasi dan sekaligus bagian akhir dari seluruh ahwal. Dapat juga
dikatakan bahwa yaqin merupakan esensi seluruh ahwal .
Referensi
Mohammad Syahid
Ramdhani.2012.Pengerian al- Maqamat dam al-Ahwal. Diambil dari : http://mohammadsyahidramdhani24.blogspot.co.id/2012/11/pengertian-al-maqamat-dan-al-ahwal.html (12 November 2015)
Ibn ‘Arabi
Muhammad bin ‘Ali bin Muhammad Ibn
Al-‘Arabi Al-Tha’i Al-Hatimi, dilahirkan pada 27 Ramadhan 560 H, atau 7 Agustus
1165 M, di Murcia, Spanyol tenggara.ibn ‘Arabi berasal dari keluarga Arab kuno
dan ayahnya ‘Ali Ibn Al-‘Arabi, jelas seorang yang berkedudukan tinggi dan
berpengaruh, dia bersahabat dengan filosof terkenal, Ibn Rusyd (Averroes).
Saat tinggal di Seville, berkat kebaikan
hati penguasa Al-Muhadiyah , Abu Ya’qub Yusuf, keluarga Ibn ‘Arabi diberi
jaminan tempat tinggal. Malahan ayahnya, ‘Ali Ibn Al-‘Arabi tampaknya ditarik
bekerja pada pemerintahan. Di Seville inilah, saat umur 8 tahun Ibn ‘Arabi
menerima pendidikan formalnya. Dibawah bimbingan guru-guru zaman itu, yang
menguasai ilmu-ilmu tradisional, dia mempelajari Al-Qur’an, tafsir
Al-Qur’an,Hadist-hadist Nabi, Hukum (Syari’ah),tata bahasa, dan komposisi
bahasa Arab.
Dua karyanya yang sangat penting adalah Futuhat dan Fushus Al-Hikam. Akan halnya karya-karya itu disusun ,Ibn ‘Arabi
sendiri memberikan informasi yang amat menarik . dia menuturkan tentang
saat-saat ketika inspirasi begitu kuat sehingga dia tidak bisa berhenti menulis
sampai buku itu selesai. Dituturkan bahwa saat menulis Futuhat , dia akan mengisi tiga buku catatan sehari, tak peduli
dimanapun berada. Dia menyatakan bahwa Fushus diungkapkan kepadanya dalam satu
mimpi. Menurut saya beliau adalah sosok sufi yang sangat perhatian dengan dunia
sufi dan banyak mengeluarkan banyak karya tentang sufi atau tasawuf.
Referensi
Austin,R.W.J.Sufi-Sufi Andalusia Ibn
‘Arabi.terj. M.S. Nasrulloh.1994.Bandung: Mizan
AL-GHAZALI
Al-Ghazali, nama aslinya Muhammad bin Muhammad ath-Thusi, dengan nama
kecil Abu Hamid, dan mempunyai gelar Zainuddin (penghias agama). Al-Ghazali
dilahirkan pada tahun 450 H, dan wafat pada tahun 505 H. Al-Ghazali sendiri
telah banyak memberikan pengaruh di dalam perkembangan teori ilmu pengetahuan
dan amal perbuatan.
Al-Ghazali adalah salah satu
pemikir besar Islam dan filsafat kemanusiaan, yang memiliki berbagai kejeniusan
dan banyak karya. Karyanya seperti ihya’
Ulumiddin,Minhajul Abidin,dan sebagainya. Beliau menguasai ilmu fiqh,ushul
fiqh,kalam, manthiq,filsafat,tasawuf,ahlak dan sebagainya.
Di sisi tasawuf, beliau mendapat
jalan menuju sebuah kemantapan keyakinan dan jalan yang mengantarkannya kepada
“hakikat” yang dikehendainya. Dan masalah fana dalam tasawuf, Al-Ghazali pun
sulit mengugkapkannya. Seperti dalam syairnya: “dan kondisi yang saya alami itu,
sungguh tidak dapat aku sebutkan....”.
Demikianlah
AL-Ghazali, beliau memasuki dunia tasawuf, memasukinya dengan cinta dan rindu,
bukan memasuki dengan maksud meneliti dan mengkritik. Mengadakan interaksi dengan dunia tasawuf
melalui hatinya sebelum dengan akalnya.
Referensi
Al-Qardhawi,Yusuf.
1996.Al-Ghazali Antara Pro Dan Kontra. Terj.
Hasan Abrori. Cet.3. Surabaya: Pustaka Progressif
Jalaludin Rumi
Maulana Jalaludin Rumi Muhammad bin Hasin al Khattab al-Bakri atau
lebih kita kenal dengan (Jalaludin) Rumi adalah seorang penyair yang lahir di
Balkh (Afganistan) pada tanggal 6 Rabiul Awal tahun 604 H atau 30 September
1207 M.
beliau ini masih termasuk keturunan Abu Bakar dan Ayahnya bernama
Bahauddin Walad. Sedangkan ibunya dari keluarga kerajaan Khawarazm. Saat Rumi masih berusia 3 tahun keluarganya
meninggalkan Balkh menuju Khorasan akibat adanya konflik kerajaan, setelah itu
pindah ke Nishapur.
Rumi adalah sosok dibalik pendiri “Tarekat Mevlevi” di Turki. Dan beliau ini dikenal mempunyai
puisi-puisi yang mampu membangkitkan mistik dan kebahagiaan. Rumi membawa esensi agama dengan cinta yang
universal. Cinta lebih dari semua dogma agama, cinta hadir untuk keseluruhan ciptaan.
Karena cinta adalah hakekat agama yang mempersatukan seluruh umat mnusi dalam
cahaya keilahian.
Beliau ini memiliki banyak puisi , kumpulan puisinya yang terkenal
yakni al-Matsnawi al-Maknawi. Salah satu sayairnya yakni
“ Di dalam cahayaMu aku belajar mencintai. Di dalam keindahan-Mu
aku belajar menulis puisi. Kau senantiasa menari di dalam hatiku,meski tak
seorang pun melihat-Mu, dan terkadang akupun ikut menari bersama-Mu. Dan
pengelihatan Agung inilah yang menjadi inti dari seniku.
Demikianlah tentang Jalaludin Rumi, menurut saya beliau adalah
sosok yang mempunyai toleransi yang tinggi. Sosok yang menginginkan kedamaian
mungkin karena memiliki latar belakang akibat konflik dan menjadi seorang
pengungsi.
Wanita di Dalam Sufisme
Dalam ayat al-Qur’an surah al-Ahzab: 35 yang artinya:
35. Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan
perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya,
laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang
sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan
perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan
perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak
menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala
yang besar.
Ayat diatas menjelaskan bahwa dalam
Islam wanita dan laki-laki memiliki kedudukan yang sejajar. Begitu pula dalam
dunia tasawuf, wanita juga memiliki kedudukan yang tinggi. Dalam dunia sufi
ini, peran wanita sangat penting dan memiliki cukup sejarah yang panjang dalam
dunia sufi.
Nabi bersabda “ sebaik-baiknya wanita dalam alam semesta
dad empat: Maryam binti ‘Imran, Asyiah binti Muzahim, Khadijah binti Khuwailid,
dan Fathimah binti Muhammad.” Sabda nabi tersebut menunjukan bahwa wanita juga
berkedudukan tinggi dan sufi-sufi wanita telah ada bahkan sejak dulu.
Selain itu pula ada banyak tokoh
sufi wanita yang terkenal pada masa dimana istilah sufi terkenal seperti
Rabi’ah al-Adawiyah, Rabiah binti Isma’il, Fthimah an-Nishaburiya, Nfisah binti
al-Hasan dan lainnya.
Menurut pendapat saya memang
seharusnya wanita memiliki peran penting dalam dunia tasawuf, bahkan dalam
semua bidang laki-laki dan wanita sebenarnya memiliki kesempatan yang sama.
Dalam taswuf pun asalkan memenuhi persyaratan, wanita bahkan anak-anak pun bisa
menjadi sufi. Namun, yang terpenting adalah baik laki-laki maupun wanita harus
memenuhi kewajiban masing-masing dan tidak lupa melaksanakan peran
masing-masing.
Kontra antara Sufisme dengan Golongan lain
Tasawuf atau sufisme dalam dunia islam sering
dikaitkan dengan hal-hal yang mistis. Dan seringkali tasawuf dipandang negatif
oleh orang-orang, bahkan kaum muslim sendiri.
Boleh jadi tasawuf dicap atau identik dengan khurafat, takhayul ataupun
bid’ah.
Banyak kalangan menganggap ajaran
tasawuf menyimpang dari ajaran islam. Ajaran tasawuf bahkan mengalami banyak
perubahan, unsur-unsur non islam yang tidak diajarkan nabi banyak membumbui
dunia tasawuf. Ritual-ritual khusus
seperti tarian-tarian, nyanyian dianggap penting dan wajib dilakukan.
Padahal, sebenarnya tidak ada yang
salah dalam tasawuf ini, hanya saja ada pelaku dari tasawuf yang berlebihan
dalam melakukan ajaran ini. Hal inilah sebenarnya yang menjadi kritikan dalam
tasawuf.
Seperti ungkapan Ibnu Taymiyah, tokoh
yang memperhatikan tasawuf mengungkapkan “orang-orang berselisih pendapat
mengenai tasawuf. Sebagian mencela tasawuf seraya berkata mereka adalah ahli
bid’ah yang telah keluar dari sunnah. Dari para imam yang mewakili kelompok ini
kita dapatkan banyak fatwa yang kemudian banyak diikuti oleh kelompok lain
terutama dari kalangan ahli fiqh dan ilmu kalam. Sementara kelompok yang lain
memujinya secara berlebihan seraya mengatakan bahwa ahli tasawuf adalah mahluk
yang paling mulia dan paling sempurna setelah Nabi.”[1]
Menurut saya, memang benar ungkapan
diatas, dan yang perlu kita sikapi soal tasawuf anggaplah sholat kita, zakat
kita, puasa kita dan semua kebaiakan yang kita lakukan merupakan bentuk dari
tasawuf. Walaupun itu mengamalkan Fiqh, anggaplah itu bertasawuf dengan fiqh
dan lainnya. Karena inti dari tasawuf ini mengajarkan kita menjadi orang
berahlaq, bertaqwa, dan mengajarkan kebaiakan untuk semua mahluk.
[1] http://beritaislamimasakini.com/tasawuf-dalam-pandangan-ibnu-taimiyah-dan-hasan-al-banna.htm
,diambil pada sabtu,9 Januari 2016.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar