HISTORISITAS TURUNNYA AL-QUR’AN DAN ASBABUN NUZUL

SEJARAH TURUNNYA AL-QUR’AN DAN ASBABUN NUZUL

Oleh:
Muhammad Habibul Musthofa (15520003)

Program studi Perbandingan Agama
 Fakultas Ushuluddin Studi Agama dan Pemikiran Islam
DAFTAR ISI


Judul .......................................................................................................        i
Daftar Isi .................................................................................................        ii
Pembahasan...........................................................................................        1
1.      Sejarah Turunnya Al Qur’an .......................................        1
2.       Asbabub Nuzul..........................................................        2
a)      Konsep Asbabun Nuzul.................................................        3
b)     Bentuk riwayat Asbabun Nuzul....................................        4
c)      Keterangan tambahan Asbabun Nuzul........................        4
3.      Klasifikasi Ayat Makkiyyah dan Madaniyyah ................        5
a)      Metode Makkiyyah dan Madaniyyah..........................
b)     Perbedaan Makkiyyah dan Madaniyyah.....................
c)      Ciri khas Makkiyyah dan Madaniyyah.........................
d)     Surah Makkiyyah dan Madaniyyah
4.      Implikasinya  dalam Penafsiran Al-Qur’an.....................
Kesimpulan ............................................................................................
Daftar Pustaka .......................................................................................




Pembahasan

          1. Sejarah Turunnya Al-Qur’an
Al Qur’an turun pada tahun pertama kerasulan Nabi Muhammad SAW, yaitu pada tanggal 17 Ramadhan. Penyampaian wahyu Al Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW seiring dengan periode dakwah Nabi Muhammad SAW,yang meliputi periode Mekah dan Madinah. Dalam Al-Qur’an sendiri, tentang diturunkannya wahyu Al-Qur’an dapat dilihat pada surah Al Qadr  yakni :
!$¯RÎ) çm»oYø9tRr& Îû Ï's#øs9 Íôs)ø9$# ÇÊÈ   !$tBur y71u÷Šr& $tB ä's#øs9 Íôs)ø9$# ÇËÈ   ä's#øs9 Íôs)ø9$# ׎öy{ ô`ÏiB É#ø9r& 9öky­ ÇÌÈ   ãA¨t\s? èps3Í´¯»n=yJø9$# ßyr9$#ur $pkŽÏù ÈbøŒÎ*Î/ NÍkÍh5u `ÏiB Èe@ä. 9öDr& ÇÍÈ   íO»n=y }Ïd 4Ó®Lym Æìn=ôÜtB ̍ôfxÿø9$# ÇÎÈ  
1. Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan(lailatul qadar)
2. dan tahukah kamu Apakah malam kemuliaan itu?
3. malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.
4. pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan.
5. malam itu (penuh) Kesejahteraan sampai terbit fajar.
Dan perlu kita ketahui dalam rentang masa dua puluh tiga tahun, kitab suci Al-Qur’an diturunkan secara bertahap memenuhi tuntutan situasi dan lingkungan yang ada. Ibn ‘Abbas (w.68 hijriah) seorang ilmuwan terkemuka diantara sahabat rasul mempertegas bahwa Al-Qur’an diturunkan ke langit terbawah (bait al-‘izzah) dalam satu malam yang kemudian diturunkan ke bumi secara bertahap sesuai dengan keperluan.[1]
Sebagaimana dikutip M.M Al-‘Azami dalam bukunya peranan Nabi Muhammad dipersiapkan secara bertahap,suatu masa yang penuh kebimbangan dalam melihat berbagai kejadian dan visi pandangan yang ada, juga ikut ambil bagian dalam mempersiapkan kematangan jiwanya dimana Jibril berulang kali hadir memperkenalkan diri.[2]
Wahyu itu turun di gua Hira  saat beliau sedang menyendiri beribadah di gua itu. Wahyu itu adalah surat Al-Alaq ayat 1-5, saat itu datanglah malaikat  Jibril dan berkata: “bacalah !”. Muhammad menjawab: “saya tidak bisa membaca”.  Malaikat jibril lalu memegangnya dan bekata : ”bacalah!”.  Muhammad menjawab : ” saya tidak bisa membaca”. Sampai malaikat memegangnya ketigakalinya dan berkata :”bacalah!”. Barulah Muhammad menjawab dengan:
ù&tø%$# ÉOó$$Î/ y7În/u Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ   t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ   ù&tø%$# y7š/uur ãPtø.F{$# ÇÌÈ   Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ   zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷ètƒ ÇÎÈ  

“bacalah dengan (menyebut) nama tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan tuhanmulah yang maha mulia. yang mengajar (manusia) dengan kalam. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya”.[3]
Itulah wahyu pertama kali turun dan secara resmi Muhammad menjadi Nabi dan Rasul yang menerima kitab suci Al-Quran. Setelah itu, selang beberapa tahun wahyu kedua turun dan  diikuti wahyu yang lain turun secara berangsur-angsur, baik turunnya di Mekah ataupun Madinah.
2. Asbabun Nuzul
Sebagian besar Qur’an pada mulanya diturunkan untuk tujuan semua manusia. Tetapi di kehidupan para sahabat bersama Rasulullah telah banyak menyaksikan peristiwa sejarah, bahkan kadang terjadi diantara mereka peristiwa khusus yang memerlukan penjelasan hukum Allah atau sesuatu masih kabur bagi mereka. Kemudian mereka bertanya mengenai hal tersebut kepada Rasulullah untuk mengetahui hukum Islam mengenai hal itu. Maka Qur’an turun mengenai peristiwa khusus tadi atau menjawab pertanyaan yang muncul itu. Hal seperti itulah yang dinamakan Asbabun Nuzul.
Oleh sebab itu, maka asbabub nuzul didefinisikan sebagai “sesuatu hal yang karenanya Qur’an diturunkan untuk menerangkan status (hukum)nya, pada masa hal itu terjadi, baik berupa peristiwa maupun pertanyaan.”

a) Konsep Asbabun Nuzul
Yang menjadi pegangan adalah lafal yang umum, bukan sebab yang khusus
Apabila ayat yang diturunkan sesuai dengan sebab secara umum, atau sesuai dengan sebab secara khusus, maka yang umum (‘amm) diterapkan pada keumummannya dan yang khusus (khass) pada kekhususannya. Contohnya firman Allah:
štRqè=t«ó¡our Ç`tã ÇÙŠÅsyJø9$# ( ö@è% uqèd ]Œr& (#qä9ÍtIôã$$sù uä!$|¡ÏiY9$# Îû ÇÙŠÅsyJø9$# ( Ÿwur £`èdqç/tø)s? 4Ó®Lym tbößgôÜtƒ ( #sŒÎ*sù tbö£gsÜs?  Æèdqè?ù'sù ô`ÏB ß]øym ãNä.ttBr& ª!$# 4 ¨bÎ) ©!$# =Ïtä tûüÎ/º§q­G9$# =Ïtäur šúï̍ÎdgsÜtFßJø9$# ÇËËËÈ    
222. mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu adalah suatu kotoran". oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri[137] dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci[138]. apabila mereka telah Suci, Maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.
[137] Maksudnya menyetubuhi wanita di waktu haidh.
[138] Ialah sesudah mandi. Adapula yang menafsirkan sesudah berhenti darah keluar.
Anas berkata :” bila istri orang-orang Yahudi haid, mereka dikeluarkan dari rumah, tidak diberi makan dan minum, dan di dala rumah tidak boleh bersama-sama. Lalu Rasulullah ditanya tentang hal itu. Maka turunlah firman tersebut, kemudian Rasulullah berkata dalam suatu riwayat
“ bersama-samalah dengan mereka di rumah, dan perbuatlah segala sesuatu kecuali menggaulinya”


b) bentuk riwayat mengenai sebab Nuzul
Bila sebab nuzul sesuatu ayat itu banyak, maka terkadang semuanya tidak tegas, terkadang pula semuanya tegas dan terkadang sebagiannya tidak tegas sedang sebagian lainnya tegas dala menunjukan sebab, maka:
a)       Apabila semuanya tidak tegas dalam menunjukan sebab, maka tidak ada salahnya untuk membawanya kepada atau dipandang sebagai tafsir dan kandungan ayat.
b)       Apabila sebagian tidak tegas dan sebagian lain tegas maka yang menjadi pegangan adalah yang tegas.
c)       Apabila semuanya tegas, maka tidak terlepas dari kemungkinan bahwa salah satunya sahih atau semuanya sahih. Apabila salah satunya sahih sedang yang lain tidak, maka yang sahih itulah yang menjadi pegangan.
d)       Apabila semuanya sahih, maka dilakukan pentarjihan bila mungkin.
e)       Bila tidak mungkin dengan pilihan demikian, maka dipadukan bila mungkin.
f)         Bila tidak mungkin dipadukan, maka dipandanglah ayat itu turun beberapa kali dan berulang.

c) Keterangan tambahan Asbabun Nuzul
1.       Banyaknya Nuzul Dengan Satu Sebab
terkadang banyak ayat yang turun, sedang sebabnya hanya satu. Dalam hal ini tidak ada permasalahan yang cukup penting, karena itu banyak ayat yang turun di dalam berbagai surah berkenaan dengan satu peristiwa. Contohnya: surah Ali-‘Imran:195, surah Al-Ahzab:33, dan surah An-Nisa’:32, yang ketiga ayat tersebut turun karena satu sebab tentang masalah penyebutan kaum perempuan di dalam Al-Qur’an.
2.       Penurunan ayat lebih dahulu daripada hukumnya
 Misalnya firman Allah:
ôs% yxn=øùr& `tB 4ª1ts? ÇÊÍÈ  
14. Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman),

Ayat tersebut dijadikan dalil untuk zakat fitrah. Diriwayatkan oleh Baihaqi dengan diisnadkan kepada ibn Umar, bahwa ayat itu turun berkenaan dengan zakat Ramadhan (zakat fitrah); kemudian dengan isnad yang Marfu’ Baihaqi meriwayatkan pula keterangan yang sama sebagian dari mereka berkata: Aku tidak mengerti maksud pentakwilan yang seperti ini, sebab surah itu Makki, sedang di Mekah kala itu belum ada Idul Fitri dan Zakat.
3.        Beberapa ayat turun mengenai satu orang.
Contohnya surah Luqman:15 tentang berbakti kepada orang tua, surah Al-Anfal:1 tentang pembagian harta rampasan perang yang semuanya itu turun mengenai satu orang yakni Sa’d bin Abi Waqqas.




3.  Klasifikasi Makkiyah dan Madaniyyah

a) Metode Makkiyyah Dan Madaniyyah
Sebelum mengenal klasifikasinya kita paham metode untuk mengetahui dan menentukan antara makkiyyah dan madaniyyah ,para ulama berpegang pada tiga metode[4]:
1) metode sima'i an-naqli yaitu metode yang didasarkan pada dalil naql dan riwayat,yakni riwayat yang shahih dari sahabat yang hidup pada masa wahyu turun dan menyaksikan turunya wahyu,atau tabi'in yang bertemu langsung dengan sahabat dan mendengar (sima') darinya tentang bagaimana wahyu turun,tempat kejadianya,dan peristiwanya.
2)metode qiyasi ijtihadi yaitu metode yang didasarkan pada dalil rasional, yakni karakteristik-karakteristik tertentu makkiyyah dan madaniyyah .
3)metode kombinasi dari kedua metode diatas.
Dari ketiga metode di atas ,penggunaan metode kombinasi lebih dari metode lainnya. Dengan menggunakan metode kombinasi secara ilmiah akan diperoleh kesimpulan yang lebih obyektif dan relative terhindar dari kira-kira dan dugaan.

b)   Makkiyyah Dan Madaniyyah
Perbedaan makkiyyah dan madaniyyah untuk membedakan para ulama mempunyai tiga macam pandangan yang masing masing mempunyai dasar[5]:
            pertama: dari segi sasaranya. Makkiyyah adalah yang seruanya ditujukan kepada penduduk mekah dan madaniyyah ditujukan kepada penduduk madinah. Berdasar pendapat ini, ayat qur'an yang seruan yaa ayyuhan naas adalah makkiyyah,sedang ayat yang mengandung seruan yaa ayyuhan ladziina aamanuu adalah madaniyyah.namun kebanyakan ayat qur'an tidak selalu dibuka dengan salah satu seruan itu,dan ketentuan itu tidak konsisten. Seperti surat al baqarah yang termasuk madaniyyah tapi ada ayat bercirikan makkiyah,seperti ayat 21.
http://www.surah.my/images/s002/a021.png
Wahai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar  kamu bertakwa.
QS. al-Baqarah (2) : 21
Kedua: dari segi tempat turunya. Makkiyyah ialah yang yang turun di mekah dan sekitarnya,seperti Mina,Arafah dan Hudaibiyah. Dan Madaniyyah ialah yang turun di madinah dan sekitarnya,seperti Uhud, Quba, dan Badar. Pendapat ini mengakibatkan tidak adanya pembagian secara konkrit,sebab yang turun dalam perjalanan,di Tabuk atau Baitul Maqdis tidak masuk dalam keduanya. Sehingga ia tidak dinamakan makkiyyah dan tidak juga madaniyyah. Juga mengakibatkan yang diturunkan di mekah sesudah hijrah disebut makkiyyah yang seharusnya madaniyyah.
Ketiga: dari segi waktu turunnya. Makkiyyah adalah yang diturunkan sebelum hijrah meskipun bukan di mekah. Madaniyyah adalah yang diturunkan sesudah hijrah sekalipun bukan di madinah. Yang diturunkan sesudah hijrah sekalipun di Mekah atau Arafah adalah madaniyyah. seperti firman Allah yang diturunkan pada tahun penaklukan kota mekah yaitu Surah an-nisa:58,surah ini turun di Mekah tapi termasuk Madaniyyah.
c) Ciri Khas Makkiyyah Dan Madaniyyah
Ciri makkiyyah
1.setiap surah yang di dalamnya mengandung "sajdah" maka surat itu makkiyyah.
2. Setiap surah yang mengandung lafal kalla,berarti makkiyah
3. Surahnya ya ayyuhan nas berarti makkiyah kecuali surah al hajj yang akhir surat terdapat ya ayyuhal ladzina amanurka'u wasjudu.
4.surah yang mengandung kisah nabi dan umat terdahulu.

5.surah mengandung kisah adam dan iblis kecuali al baqarah yang termasuk madaniyyah
6.surah dibuka dengan huruf-huruf singkatan,seperti alif lam mim,alif lam ra,ha mim,dan lain-lainya,kecuali surah al baqarah dan ali-imran.
Ciri madaniyyah
1.surah menjelaskan kewajiban,ibadah,muamalah,warisan,jihad,had(sanksi).
2.surah di dalamnya disebutkan orang-orang munafik kecuali al-ankabut adalah makkiyyah.
3.surah di dalamnya terdapat dialog dengan ahli kitab.[6]
d) Surah Makkiyyah dan Madaniyyah
Setelah mengetahui apa itu Makkiyyah dan Madaniyyah, berikut ini adalah pendapat yang paling mendekati kebenaran tentang bilangan surah-surah Makkiyyah dan Madaniyyah; ialah Madaniyyah ada 20 surah: 1) Al-Baqarqh; 2) Ali ‘imran; 3) an-Nisa’; 4) al-Ma’idah; 5) al-Anfal; 6) at-Taubah; 7) an-Nur; 8) al-Ahzab; 9) Muhammad; 10) al-Fath; 11) al-Hujurat 12) al-Hadid; 13) al-Mujadalah; 14) al-Hasyr; 15) al-Mumtahanah; ) al-Jumu’ah 17)al-Munafiqun; 18) at-Talaq 19) at-Tahrim; dan 20) an-Nasr.
                Sedang yang diperselisihkan ada 12 surah: 1) al-fatihah; 2) ar-Ra’d; 3) ar-Rahman; 4) as-saff; 5) at-Taqabun; 6) at-Tatfif; 7) al-Qadar; 8) al-Bayyinah; 9) az-Zalzalah; 10) al-Ikhlas; 11) al-Falaq; dan 12) an-nas.
Selain yang diatas, yakni 82 surah adalah Makkiyyah. Maka jumlah surah-surah Qur’an itu semuanya 114 surah.




4. Implikasinya dalam Penafsiran Al-Qur’an
Al Qur'an adalah obyek penafsiran. Dalam penafsiran al qur'an,sebelum melakukan penafsiran ahli tafsir perlu mengetahui apa itu al quran,hakikat al-Qur'an,perbedaanya dengan hadist,konsep nuzulul qur'an. Selain itupula harus mengetahui sejarah turunnya al-Qur'an ,konsep Asbabun nuzul,karakteristik al qur'an,kaedah-kaedah penafsiran,dan berbagai syarat dan prasyarat penafsiran al qur'an. Dengan mengetahui sejarah turunya al-Qur'an, kita akan lebih mengenal al-Qur'an. Mengetahui Asbabun Nuzul, kita akan mengetahui latar belakang turunnya ayat al-Qur'an, mengetahui maksud suatu ayat turun.
Sebagaimana Al Wahidi,ulama ahli Nahwu dan Tafsir, sebagaimana disitir oleh Shubhi Shalih mengatakan bahwa: " Tidak mungkin orang mengetahui tafsir ayat al-Qur'an tanpa memahami kisahnya dan keterangan turunnya."[7] jadi untuk menafsirkan suatu ayat al-Qur'an harus mengetahui sejarah al-Qur'an, Asbabun Nuzulnya. Dengan mengetahui dimana tempat turunnya ,kapan turunnya, dan ditujukan ke siapa ayat atau surah itu, maka akan membantu untuk memahami dan menafsirkan ayat.











KESIMPULAN
1.      Sejarah turunnya al qur’an tidak turun berdasarkan kehendak Nabi Muhammad sendiri, melainkan turun atas kehendak Allah SWT, dan turunnya al qur’an terbagi dalam periode Mekah dan Madinah.
2.      Asbabun Nuzul bisa diartikan sebagai sebab sebab turun ayat. Apabila ayat diturunkan sebagai penjelasan atau penceritaan tentang berlakunya sesuatu peristiwa, maka peristiwa tersebut dinamakan asbabun nuzul. Cara mengetahui Asbabun Nuzul yaitu dengan tidak mempermasalahkan setiap variasi riwayatnya, menggunkan variasi redaksi yang sharih, dan mengambil versi riwayat yang shahih.
3.      Dalam Klasifikasi Makkiyyah dan Madaniyyah menggunakan metode sima'i an-naqli, metode qiyasi ijtihadi, atau metode kombinasi keduanya. sehingga akan diketahui pandangan apa itu Makkiyyah dan Madaniyyah dan ciri-cirinya.
4.      Untuk menafsirkan suatu ayat al-Qur'an harus mengetahui sejarah al-Qur'an, Asbabun Nuzulnya. Dengan mengetahui dimana tempat turunnya ,kapan turunnya, dan ditujukan ke siapa ayat atau surah itu, maka akan membantu untuk memahami dan menafsirkan ayat.










DAFTAR PUSTAKA
1.       Al-A’zami, M.M. The HistoryThe Qur’anic Text from revelation to compilation. 2005. Jakarta: Gema Insani
2.       Al-Qattan ,Manna’ Khalil. Studi Ilmu-ilmu Qur’an, terj. Drs. Mudzakir AS.2013. Bogor : Litera AntarNusa
3.        Ulum Al-Qur’an, Pustaka Setia, Bandung, 2013.
4.       Mukhtar, Naqiyah. Ulumul Qur’an. 2013. Purwokerto: STAIN Press.








[1] M.M Al-A’zami, The HistoryThe Qur’anic Text from revelation to compilation (Jakarta: Gema Insani,2005), hlm. 48.
[2] M.M Al-A’zami, The HistoryThe Qur’anic Text from revelation to compilation, hlm.50.
[3] Q.S. surah Al-Alaq  1-5.
[4] Naqiyah Mukhtar, Ulumul Qur’an (Purwokerto: STAIN Press, 2013), 109.
[5] Manna’ Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu Qur’an, terj. Drs. Mudzakir AS, (Yogyakarta: Litera AntarNusa, ), 83-85.


[6] Manna’ Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu Qur’an, terj. Drs. Mudzakir AS, (Yogyakarta: Litera AntarNusa, ), 86-87.
[7] Naqiyah Mukhtar, Ulumul Qur’an (Purwokerto: STAIN Press, 2013), 104


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

POSTINGAN TERBARU

Keselamatan Umat non Islam dalam Al-Qur'an

MENINJAU ULANG POSISI AHLI KITAB DALAM AL-QUR’AN Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Hermeneutika Dosen: Prof. Syafa...