Nama : Muhammad Habibul Musthofa
NIM : 15520003
Matkul : Ilmu Perbandingan Agama 1
Konteks pengalaman
keagamaan
Pengalaman keagamaan
terjadi pada situasi yang khas dan konkrit, yaitu dalam konteks-konteks ruang,
waktu, sejarah, sosial, kejiwaan, dan
tentunya dalam konteks agama-agama itu sendiri. Pengalaman keagamaan juga
berhubungan dalam konteks fisik, sehingga hubungan tersebut patut memperoleh perhatian.
Unsur kesejarahan
berpengaruh penting terhadap pengalaman keagamaan, semisal konservatif,
ortodoks, tradisional, modern dan sebagainya. Suatu agama yang berunsur
konservatif cenderung menolak perkembangan-perkembangan baru karena lebih
menekankan pada otoritas masa lampaunya. Konteks budaya yang dipandang sebagai
pengaruh faktor sejarah, dapat berupa tradisi dan adat istiadat yang seringkali
terpaut erat dengan pengalaman keagamaan.
Seperti yang dikutip
Mukti Ali, Joachim Wach menyatakan bahwa pada peradaban terdapat konsep-konsep
kunci yang menunjukkan penghayan khusus tentang realitas spiritual oleh rakyat
dalam lingkungannya, yang diintegrasikan oleh sejarah yang dialami bersama dan
tradisi mereka dan oleh cara berpikir dan bahasa mereka sendiri.
Konteks sosial terbentuk
karena adanya interaksi antara pengalaman keagamaan dan faktor-faktor sosial.
Berbagai penelitian telah menunjukkan adanya pengaruh cukup kuat yang diberikan
oleh motivasi keagamaan terhadap pengelompokkan sosial, disamping terdapat
pengaruh kondisi-kondisi sosial terhadap kehidupan beragama.
Sekalipun pengalaman
agama berkait erat dengan konteks-konteks yang luas tempat pengalaman agama
tersebut tumbuh dan berkembang, tetapi perlu diketahui pengalaman agama selalu
bersifat spontan, kreatif dan bebas. Dengan demikian, semua pandangan
determinisme, yang semata-mata melihat agama sebagai sebuah fungsi dalam
kehidupan sosial , tidak dapat diterima. Begitu pula pandangan relativisme,
yang menganggap agama muncul sepenuhnya bergantung pada faktor-faktor
lingkungan, tidak dapat dibenarkan sepenuhnya. Paham-paham seperti itu jelas mereduksi
agama tidak lebih menjadi sekedar produk budaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar