Dalam tulisan refleksi
ini, tak perlu banyak kiranya untuk dibahas semua materi bacaan yang dijelaskan
di dalamnya. Saya selaku pembaca, akan memberikan beberapa poin penting menurut
saya dan akan sedikit memberi komentar.
Pertama, Tentunya
sangat mengapresiasi tulisan ini, sekaligus juga tertarik dengan sosok Soroush
yang merupakan tokoh Iran. Dunia intelektual Islam sangatlah beruntung karena
masih banyak sosok tokoh yang mewarnai dinamika kemajuan keilmuan Islam, adanya
tokoh-tokoh ilmuwan Islam dari Iran, sebagaimana Soroush atau nama aslinya
Hossein Dabbagh, telah memberi muka bahwa Islam itu selaras dengan kemajuan,
keilmuan maupun teknologi. Di samping
barangkali tokoh Islam dari Turki maupun Mesir yang eksistensinya menurut saya
juga masih kuat. Walaupun pula, tidak mengekesamping ilmuwan Islam dari berbagai
negara Islam atau berpenduduk Islam dari berbagai negara lainnya.
Kedua, langsung ke
intinya dalam awal penjelasaannya dituliskan bahwa secara sekilas pemikiran
Soroush terpengaruh pemikiran Mehdi Bazargan, yang di mana keduanya menjadi
bagian tokoh dalam dinamika reovolusi Iran 1979 bersama tokoh-tokoh lainnya.
Barangkali ini mirip reformasi 1998 di Indonesia yang melahirkan banyak tokoh
pemikir yang terlibat pula. Sosok Bazargan, dari adanya revolusi ini dia
merefleksikan atau melihat bahwa al-Qur’an yang merupakan identitas untuk membimbing
umat Islam, hingga sekarang banyak digunakan sebagai senjata untuk memperoleh
dan melindungi kekuasaan. Dari pemikiran gurunya inilah Soroush melihat untuk
menjawab bahwa apa yang dibawa Nabi Muhammad bukanlah wahyu untuk menciptakan
pemerintahan atau untuk mengatur urusan dunia, tetapi untuk memberi tahu
manusia wujud Tuhan dan hari akhir. Di sini dikatakan terjadi perpindahan
orientasi tafsir dari asalnya untuk other
worldly beralih ke this worldly. Terbukanya luas
interpretasi inilah inti tulisan dari refleksi ini.
Komentar saya dari hal
ini, pertama mengenai jawaban Soroush bahwa al-Qur’an telah banyak digunakan
menjadi alat kekuasaan, padahal awalnya untuk memberi tahu manusaia adanya
Tuhan dan Hari Akhir. Menurut saya jawaban
ini ada benarnya, tetapi tetap bisa disanggah. Bahkan ide Soroush yang
menekankan Humanisasi Agama daripada Islamisasi Pengetahuan dan maupun
Saintifikasi Islam pun dapat disanggah. Walaupun idenya itu barangkali dapat diklaim ini terbukti menjadikan
negara Iran lebih maju, dalam artian menjadi negara mandiri dalam Sains dan
teknologi. Tentunya ini bisa disanggah karena, ada negara penduduk Islam pun kini juga mulai
mengembangkan teknologi seperti Turki bahkan Indonesia. Kembali ke permasalahan, ide humanisasi agama
Soroush ini menjelaskan memang benar Tuhan dan Wahyu adalah absolut, akan tetapi
dituliskan Soroush bahwa Tuhan (dalam artian wahyu al-Qur'an) diam, karena setelah berada di manusia menjadi relative,
dapat dipertanyakan, sebab yang mampu mendapat wahyu hanya para Nabi. Dari ide ini didapatlah interpretasi itu tidak tunggal, tentu masuk akal bahwa interpretasi tidak hanya tunggal, dan
inilah penekanan pentingnya Heremeneutika. Tapi saya melihat tidak demikian, hal intu karena seakan-akan setiap
interpretasi dari tokoh Islam yang ada itu pasti berbeda satu dengan yang
lainnya. Padahal kita pun sudah tahu kita tidak bisa lepas dari pemikiran
sebelumnya, atau pemikran tokoh lain yang mempengaruhi kita. Harusnya di sini
kita tidak menunggalkan atau terlalu membedakan setiap pemikiran, karena
sejatinya itu tetap satu rangkaian utuh dan saling melengkapi.
Lalu mengenai
interpretasi terbuka terhadap al-Qur’an, tentunya ini bukti terbaru mengenai
adanya perpindahan tafsir dari other worldly (orientasi akhirat) ke this worldly (orientasi dunia), walaupun di jaman
sebelumnya seperti di jaman Khalifah al-Qur’an pun telah digunakan untuk alat
kekuasaan jika boleh dikatakan demikian. Walaupun disini saya kurang setuju,
mengenai al-Qur’an dikatakan sebatas untuk dunia sebagaimana yang dilakukan orang fasik, ataupun sebatas untuk
Akhirat sebagaimana pandangan Soroush. Tapi, bagi saya, dan juga kebanyakan umat Islam lainnya, al-Qur’an umat Islam ini adalah untuk keduanya, yakni membawa
keselamatan untuk dunia dan akhirat bagi umat Islam.
Tentu di sini saya sangat menghargai pandangan Soroush, sebab dengan menyatakan urusan dunia tidak terlalu dibahas jauh, hanya sebatas etika dan moral, maka ini dapat memberikan pandangan bahwa manusia harus menggunakan akalnya untuk menaklukan dunia, tentunya sesuai kaidah wahyu atau agama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar